Anjar Priandoyo

Catatan Setiap Hari

Contradictio in terminis: Modernization

leave a comment »

Contradictio in terminis (Latin for contradiction in terms, Indonesia for pertentangan arti dalam istilah) adalah sebuah konsep untuk menjelaskan sebuah jargon (terdiri dari kata-kata) yang saling bertolak belakang. Contohnya adalah tolong ambilkan “lingkaran yang kotak” (square circle). Konsep ini lebih banyak dipakai dalam ilmu hukum, karena hukum seringkali menyusun kata-kata yang saling bertolak belakang, contohnya “Saksi Ahli”, seorang saksi memberikan keterangan dari apa yang dilihat, sementara seorang ahli memberikan opini.

Dalam prakteknya, konsep ini juga seringkali dipakai untuk retorika, semisal “sustainable development” konsep ini adalah kontradiktif. Pembangunan sudah pasti tidak sustainable, kalau mau sustainable pasti lambat pembangunannya. Catatan, ini untuk dialog yang konteksnya sinis. Dalam konteks hukum konsep ini memang sangat banyak mulai dari “independent colony”, “negara kesatuan”, “revolusi mental”, “sistem partai tunggal”.

Penerapan yang lain contohnya adalah “Asian Modernization”. Ini secara konsep adalah bertentangan, negara Asia secara umum tidak mengenal Critical Thinking, Logic, Creativity yang berbeda dengan cara berpikir negara barat. Sebagai contoh, seorang anak juragan pemilik sawah, bisa menyekolahkan anaknya ke Eropa, pulang dari Eropa anak ini tidak mungkin menghapus perbudakan, karena kontradiktif, konflik dengan peranannya di masyarakat.

Contoh lain yang menarik, meski fungsinya sebagai candaan adalah “lulus cepat”. Ini juga contradiction in terminis, buat apa lulus cepat jika kemudian menganggur, lebih baik bersantai-santai kuliah tanpa beban dan tekanan.

Penerapan Contradictio in terminis, ini tidak hanya pada istilah yang terdiri dari dua kata, istilah yang terdiri dari satu kata juga bisa mengandung pertentangan. Beberapa contoh:

  1. Modernisasi, artinya mengubah cara berpikir menjadi cara berpikir yang lebih maju. Ini kontradiktif, misalnya bagi orang yang selama ini berhasil dengan cara menghormati orang tua, menghormati prosedur birokrasi. Jika diharuskan mengubah cara berpikir menjadi lebih egaliter, berani berkonflik, tentunya tidak efektif karena akan mengganggu harmoni, lebih lanjut bisa jadi tidak bisa diterapkan dengan baik.

  2. Reformasi, artinya menata ulang. Ini juga bertentangan, karena seringkali bangunan tersebut belum jadi, namun harus ditata ulang, akibatnya justru tidak menghasilkan apa-apa.

Why Asians Are Less Creative Than Westerners (Ng Aik Kwang, 2001)
Critical thinking may be difficult to develop in Asia due to Asian cultures being prone to favouring group over personal interests and a tendency to maintain social order and harmony. He also claims it is difficult to develop because Asian students try to avoid losing face, tend to obey teachers as authority figures, and respect parents.

Encyclopaedia of the History of Science, Technology, and Medicine in Non-Western Cultures (Helaine Selin 2008)
Southeast Asia is divided into two parts, mainland Southeast Asia and insular Southeast Asia (also called the Indo‐Malay Archipelago). Mainland Southeast Asia is further divided into two parts. One is Vietnam, where Chinese influence is greater than Indian influence, and the other includes Burma, Cambodia, Laos, and Thailand, where Indian influence is greater. The Malay Peninsula is a part of mainland Southeast Asia geographically, but is culturally closer to insular Southeast Asia.

Written by Anjar Priandoyo

Desember 10, 2018 pada 12:53 pm

Ditulis dalam Society

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d blogger menyukai ini: