Anjar Priandoyo

Catatan Setiap Hari

Menjelaskan pada ibu

leave a comment »

Ibu saya tidak pernah tahu apa pekerjaan saya. Pagi ini saya untuk pertama kalinya menjelaskan kepada Ibu apa pekerjaan saya. Ibu saya berpikir, saya bekerja di kantor memegang salah satu fungsi layaknya Adik mengerjakan fungsi keuangan atau layaknya Kakak mengerjakan fungsi teknologi, bekerja di perusahaan, perseroan terbatas. Lebih dari 1 jam saya menjelaskan kepada Ibu bahwa saya bekerja di firma jasa yang hasilnya adalah jasa seperti halnya arsitek, bukan bekerja di perusahaan fisik yang menghasilkan benda fisik seperti gedung.

Penjelasan seperti ini memang agak panjang, karena kalau dijelaskan bahwa software adalah produk fisik mungkin sangat susah untuk dibayangkan. Bekerja sebagai konsultan sebenarnya mirip dengan bekerja sebagai dosen, tapi ini juga analogi yang kurang tepat, karena kampus lebih mirip bekerja di PT bukan di firma.

Akhirnya, panjang lebar saya menjelaskan. Mulai dari dinamika pasar firma -tingkatan didalamnya, hingga bagaimana keputusan untuk perekrutan orang dilakukan. Menarik sekali. Karena sudah hampir dua puluh tahun bekerja, rasanya Ibu -apalagi bapak, tidak tahu bagaimana cara kerja di firma, bagaimana pembuatan keputusan di firma dilakukan, termasuk bagaimana firma punya budaya kekerasan (violence culture) yang berbeda dibandingkan bekerja di perusahaan -“hard times create strong men” culture.

Di Ramadhan kedua ini, cerita mengenai pekerjaan ini menjadi bermakna sekali. Bahwa “Harga diri laki-laki adalah bekerja” sebagaimana sticker sticker dibelakang motor yang sering terlihat benar adanya. Ada banyak alasan saya tidak pernah mau bercerita kepada Ibu tentang pekerjaan yang saya lakukan. Saya khawatir Ibu malah akan berpikir yang tidak tidak mengenai apa yang dihadapi oleh anaknya setiap hari. Tapi hari ini saya menemukan, bahwa kata-kata, bahwa cerita, sama seperti hal-hal abstrak yang saya kerjakan setiap harinya ternyata memiliki nilai ekonomi yang signifikan.

Beberapa hari ini saya merasakan rethinking approach in life, semudah dengan membalik dari pendekatan Bapak menjadi pendekatan Ibu. Saya melihat bahwa Ibu punya pendekatan yang sifatnya lebih eksploratif -bisa ditunjukkan di hari ke sepuluh bisa membantu saya untuk melihat perspektif yang lebih luas dengan cara menjadi pendengar yang baik. Sementara Bapak yang punya pendekatan yang sifatnya lebih konstruktif ternyata bisa jadi belum begitu efektif dalam situasi seperti ini. Peranan Ibu sebenarnya sebagai tracker, menggantikan Bapak yang sebelumnya terjadi transisi.

Jumat pagi, 24 Maret 2023 07:37 di 346 kata

Wiki: A conflict is a struggle and a clash of interest, opinion, or even principles.
Confrontation is an element of conflict wherein parties confront one another, directly engaging one another in the course of a dispute between them.
Drama theory is one of the problem structuring methods in operations research. It is based on game theory and adapts the use of games to complex organisational situations, accounting for emotional responses that can provoke irrational reactions and lead the players to redefine the game

Written by Anjar Priandoyo

Maret 24, 2023 pada 7:38 am

Ditulis dalam Life

Tagged with

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d blogger menyukai ini: