Anjar Priandoyo

Catatan Setiap Hari

Posts Tagged ‘Education

Masalah Pendidikan

leave a comment »

Sebenarnya dengan adanya pendidikan relatif tidak banyak berubah, e.g adanya Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT). Maksudnya adalah efisiensi, namun kemungkinan besar justru tidak efektif, karena masih ada porsi berbayar. Secara makro bagi masyarakat luas kemungkinan tidak banyak pengaruhnya. E.g kampus tetap membuka jurusan yang ‘mahal’.

Written by Anjar Priandoyo

Januari 4, 2019 at 3:40 pm

Ditulis dalam Society

Tagged with

Pendidikan berkelanjutan

leave a comment »

Sekolah ataupun pendidikan berkelanjutan sebenarnya merupakan cara paling mudah bagi seseorang pekerja untuk meningkatkan kemampuan dirinya. Sekolah, Sertifikasi termasuk juga pendidikan lanjut seharusnya dipandang sebagai sebuah investasi. Orang yang mengambil S2 tentunya lebih baik dari orang yang mengambil S1. Pertama, orang ini nantinya akan punya kemampuan untuk mengajar, tentunya ini merupakan cadangan apalagi terjadi sesuatu hal dalam pekerjaannya. Kedua, orang ini terbukti mampu mengelola waktu dengan baik karena bisa membagi waktu antara bekerja dan sekolah sekaligus.

Di Indonesia, sekolah lanjutan merupakan bagian dari karir. Di TNI misalnya Sesko yang merupakan sekolah tingkat lanjutan dari Mayor ke Letkol, dilakukan pada usia sekitar 35/36 tahun dengan batas maksimal 43 tahun. Bagaimana Sesko ini kemudian menjadi benchmark di berbagai perusahaan lain melalui program sekolah seperti banyak terjadi di perbankan maupun BUMN.

Namun meski sekolah ini pada dasarnya baik, sebelum memutuskan untuk mengambil sekolah ada beberapa pertimbangan yang harus diambil.

1.Masalah waktu, apakah sekolah diambil paruh waktu atau penuh waktu. Salah satu keuntungan mengambil sekolah adalah persepsi yang positif dari masyarakat. Orang yang sudah bekerja 5 tahun, kemudian memutuskan menikah dan berhenti bekerja, bisa mengisi CV yang kosong dengan sekolah. Perusahaan akan melihat orang tersebut tetap produktif berkarya, tidak sepenuhnya menganggur. Namun, bagi orang yang mengambil secara penuh waktu, misalnya di luar negeri, maka harus berhati-hati, karena ada risiko bahwa karirnya akan tertunda.

2.Masalah biaya, ada kalanya keputusan untuk sekolah menjadi sangat problematis. Semisal dengan adanya sejumlah dana, mana yang lebih diprioritaskan, misalnya antara liburan, merenovasi rumah atau membeli rumah. Masalah bidang studi yang akan diambil hingga bagaimana membagi waktu antara bekerja dan menyelesaikan tugas sekolah. Untuk memudahkan, masalah biaya ini harus dilihat dalam dimensi yang lebih luas. Karena ada unsur kebanggaan dan pencapaian yang tidak bisa diukur. Sama seperti orang yang bercita-cita untuk menyelesaikan Big 5 Marathon di lima kota besar didunia, ini adalah pencapaian yang tidak bisa diukur dengan uang. Meski biayanya besar, tapi kebanggaan yang diraihnya akan terus dirasakan hingga akhir hayat nanti.

3.Masalah visi. Aspek ini mungkin terkesan klise, tapi pendidikan S1 dan S2 sebenarnya tidak terlalu jauh berbeda. S1 Komputer dengan S2 komputer mata kuliah yang diajarkan kurang lebih sama. Kalau orang yang sedari awal tidak mau kuliah S2, ia akan memandang S2 tidak berguna, hanya mengulang. Namun orang yang sedari awal mau S2, ia akan memandang S2 sebagai latihan untuk mengulang apa yang sudah pernah dipelajarinya. Ulangan-ulangan ini lah yang penting.

Saya kalau harus menjelaskan apa yang saya pelajari pada saat S1 saya masih ingat (OS, DB, Network, AI). Kalau ditanya di S2 saya masih ingat (CEO, COO, CFO). Begitu juga di CISA 5 domain (PC, CO, Security), CISSP 10 domain, PMP 10 domain (ISTCQHRCPS), terakhir CIA (IAB, IAP, IAKE), IAB (CCC-GARDME) IAP (FEF) IAKE (GROCMIFE). Sama seperti Filsafat, yang saya pelajari sekarang EOA (Epistemologi, Ontologi, Axiologi) kalau cara Indonesia. Kalau dilihat dari sudut pandang saya lebih mudah dari sisi komputasi (Logic, Taxonomy/Existence, Ethic)

Written by Anjar Priandoyo

November 11, 2018 at 4:38 pm

Ditulis dalam Work

Tagged with

Belajar dengan Quizlet

leave a comment »

Baru lihat Quizlet, ternyata ini top 50 websites in US, digunakan oleh 1 dari 2 sekolah, dan 1 dari 3 universitas. Menarik juga konsep belajar seperti Spaced Repetition, Spacing Effect, Testing Effect, Forgeting Curve, Flashcard, Memory, Leitner System dan Incremental Reading.

Written by Anjar Priandoyo

Juni 4, 2018 at 12:06 pm

Ditulis dalam Business

Tagged with

Belajar dari Youtube

leave a comment »

Menarik, misalnya dari Crash Course atau Khan Academy. Kelihatannya yang banyak tertarik justru anak sekolah, semisal untuk ujian Advanced Placement World History (AP History)

The Agricultural Revolution: Crash Course World History #1
2:38 people tend to live on the shore
6:17 animal domestication is limited
8:23 agriculture is accident

Cellular respiration: Khan Academy

Written by Anjar Priandoyo

Mei 31, 2018 at 12:16 pm

Ditulis dalam Science

Tagged with

Merancang Kurikulum

leave a comment »

Akreditasi atau Standar Kurikulum Acuan
– ABET – Computing Accreditation Commission
– ACM (Association of Computing Machinery) dan IEEE – Computer Society

Referensi
– Computer Science Curricula 2013 version 0.8, ACM and IEEE-Computer Society
– Software Engineering BoK (SWEBOK)

Written by Anjar Priandoyo

Mei 28, 2018 at 6:00 am

Ditulis dalam Society

Tagged with

Evolusi Platform Belajar

leave a comment »

Baru memahami bahwa platform belajar sudah banyak berevolusi, kalau dulu generasi 1 semua proses berlangsung statis, kemudian masuk ke era video, sekarang semuanya serba terintegrasi. Namun terintegrasi seringkali menimbulkan masalah tersendiri, salahsatunya dengan biaya yang mahal. Solusinya adalah membuat platform sendiri.

Generation 1 (teks based)
Classroom: Static website
Library: Ebook
Lecturer: Search Engine

Generation 2 (video and interactive)
Classroom: Youtube
Library: Wikipedia
Lecturer: Google Search

Generation 3 (interactive and integrated)
Classroom: Coursera, EdX, Udemy
Library: Wikibooks, Goodreads, Zotero
Lecturer: Google Scholar, Zotero, Mendeley

Generation Alternative (Tracking vs Manual)
Classroom: Class Central, Blackboard, Moodle

Written by Anjar Priandoyo

Mei 27, 2018 at 1:44 pm

Ditulis dalam Science

Tagged with

Membuat universitas sendiri

leave a comment »

Mencoba membuat universitas sendiri di Moodle, Myicourse dari informasi beberapa opensource LMSS, saya menemukan yang paling mudah untuk mengorganisasikan transcript adalah mengelolanya dengan Accredible. Paling bagus untuk bisa membantu untuk tracking proses belajar yang telah dilakukan, paling tidak hingga saat ini.

Written by Anjar Priandoyo

Mei 27, 2018 at 1:36 pm

Ditulis dalam Science

Tagged with

Perguruan tinggi negeri

leave a comment »

Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pendaftar 586,155 diterima 110,946 di 85 PTN. Pengumuman 17 April 2018. Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2018 Pendaftar 844.474 (326.137 saintek, 341.693 sosial, 149.427 campuran) ujian akan diselenggarakan 8 Mei 2018, pendaftaran terakhir 18 April 2018. Komposisi kapasitas kurang lebih SN 50%, SB 30%, Ujian Mandiri 20%.

Written by Anjar Priandoyo

Mei 2, 2018 at 3:02 pm

Ditulis dalam Science

Tagged with

Masalah Kurikulum Pendidikan

leave a comment »

Masalah klasik negara yang belum maju (dengan less economy developed), produktivitasnya rendah. Untuk meningkatkan produktivitas justru menimbulkan masalah baru.

Masalah:

  1. Kualitas rendah (output rendah, proses rendah)
  2. Adanya kesenjangan (equality) antar sekolah (sekolah favorit/unggulan dengan sekolah non favorit) > menghilangkannya dengan zonasi ref Juni 2017
  3. Manajemen (Efisiensi & efektivitas)

Dampaknya:

  1. Sekolah berkualitas dibutuhkan > biaya sekolah tinggi > kesenjangan antar sekolah ref, ref, ref, ref, ref, ref, ref, ref

Written by Anjar Priandoyo

Desember 28, 2017 at 9:30 am

Ditulis dalam Business

Tagged with

Memahami Linearitas Rumpun Ilmu

with one comment

Misalkan ada dosen dengan linearitas bidang ilmu beragam sedang mengajukan jabatan fungsional sebagai guru besar, dilema linearitas bidang ilmu ini bisa dilihat dari berbagai case study sebagai berikut:

Case Study A1: S1 Ilmu Komputer, S2 Magister Manajemen
A1 setelah lulus bekerja di Jurusan Sistem Informasi, kemudian S3 di Jurusan Manajemen dengan penelitian mengenai Sistem Informasi. Maka linearitas bidang ilmunya adalah:
450 Teknik Elektro dan Informatika
S1 459 Ilmu Komputer
S2 –
S3 461 Sistem Informasi

Case Study A2: S1 Ilmu Komputer, S2 Magister Manajemen
A2 setelah lulus bekerja di Jurusan Akuntansi, kemudian S3 di Jurusan Manajemen dengan penelitian mengenai Sistem Informasi. Maka linearitas bidang ilmunya adalah:
570 Ilmu Manajemen
S1 –
S2 571 Manajemen
S3 577 Manajemen Informatika

Case Study B1: S1 Psikologi, S2 Transportation Engineering
B1 setelah lulus bekerja di jurusan Psikologi, kemudian S3 di Jurusan Psikologi dengan penelitian Psikologi Transportasi. Linearitasnya adalah:
390 Ilmu Psikologi
S1 391 Psikologi Umum
S2 –
S3 394 Psikologi Kerja (Industri)

Case Study B2: S1 Psikologi, S2 Transportation Engineering
B1 setelah lulus bekerja di jurusan teknik transportasi, kemudian S3 di Jurusan Teknik Mesin dengan penelitian Transportasi Safety. Linearitasnya adalah:
420 Teknik Sipil dan Perencanaan Tata Ruang
S1 –
S2 428 Transportasi
S3 428 Transportasi

Case Study C1: S1 Sastra Inggris, S2 Manajemen
C1 setelah lulus bekerja di jurusan manajemen, kemudian S3 di jurusan lingkungan dengan penelitian, Manajemen bencana alam. Setelah lulus S3 Manajemen Bencana Alam, C1 fokus bekerja di BASARNAS (atau lembaga penelitian lain), dengan karya-karya publikasi spesifik mengenai bencana alam. Maka C1 tetap bisa mengajukan gelar profesor riset, atau tetap mengajukan gelar profesor akademik, bila C1 pada suatu titik pindah ke universitas.

Dari case study diatas, sebenarnya yang paling penting adalah S3-nya, karena S3 sangat spesifik yang bisa jadi tidak ada keselarasan dengan bidang S1-nya. Namun, bisa juga, kasus C1 satu diatas, C1 lebih banyak melakukan penelitian dalam bidang Sastra Inggris sehingga kemudian mengajukan Guru Besar dalam bidang Sastra Inggris.

Namun secara umum, pemberian gelar guru besar tidaklah mudah, karena menyangkut institusi yang memberikan gelar. Contoh, guru besar pertama dari UGM tentunya berbeda dibandingkan guru besar kelima dari UI. Dalam hal ini, UGM masih ‘bisa’ menghasilkan empat guru besar lainnya.

Kesimpulannya, guru besar / profesor adalah gelar kehormatan. Karena gelar kehormatan ini tidak seharusnya diperebutkan, atau dilebih-lebihkan.

Catatan:
Pada tanggal 11 Agustus 2014, Dirjen DIKTI mengeluarkan edaran resmi mengenai linearitas bidang ilmu dosen. Berdasarkan edaran tersebut, terdapat klarifikasi pemahaman “linearitas” yang bersangkutan dengan kenaikan jenjang jabatan :

“Linearitas bidang ilmu dosen memberikan makna bahwa disiplin ilmu yang dimiliki dosen yang berkarya pada sebuah program studi yang pohon keilmuannya berbeda namun dalam satu rumpun yang sama, tetap dapat naik jejang jabatan, sepanjang dapat menunjukkan keterkaitan dalam pengembangan program studi tersebut, yang ditunjukkan oleh publikasi karya ilmiah dalam jurnal terakreditasi atau terindeks.”

“Dalam hal kenaikan jabatan ke Guru Besar dimungkinkan apabila bidang pendidikan S1 dan S2 berbeda dengan pendidikan S3 yang ditekuninya, sepanjang dapat menunjukkan publikasi internasional yang serumpun dengan pendidikan akhir yang ditempuhnya dengan merujuk pada ketentuan yang berlaku” ref

Profesor Riset ref

Written by Anjar Priandoyo

Agustus 7, 2017 at 7:48 pm

Ditulis dalam Science

Tagged with