Posts Tagged ‘Trip’
Trip: Travel Light

Beautiful day. Simple 2 hours before flight. Taxi estimated at 40 minutes. Always travel light.
Puncak Trip, 25-26 Dec 2022

Perjalanan ke puncak, sekitar 3.5 jam. Dimana 2 jam terakhir terjebak macet, nyasar dan emosional momen yang panjang. Tapi overall ini worthed. Perjalanan seperti ini mengajarkan kota banyak hal tentang kehidupan. Jauh lebih banyak dari kelas manapun.
Jogja Trip, 25-28 Nov 2022

Some of memorable trip to Filosofi Kopi, Sate Klatak Pak Bari. And, one of the most important milestone is learn to swim, again. At the age of 40. And some must have trip that I never visited before: Prambanan Temple, Taman Sari, Kraton Jogja, Jejamuran. Interesting. Trip teaches us many things, trip give us to change, to try something new, to have the experience of the life.

Menarik, di titik manapun, ada 6 miles kehidupan yang tidak bisa di jelaskan dengan kata-kata.
Japan Trip: Adventure full of surprise
Hari pertama datang di Jepang, selepas dari pesawat, saya merasakan atmosphere yang berbeda. Atmosphere bahwa saya harus mematuhi aturan yang ada. Tanda dilarang mengambil foto ada dimana-mana dan anak saya bereaksi ketika saya membuka HP. Hal pertama yang saya lakukan adalah mengambil foto vending machine -karena Youtube berulang kali mengatakan bahwa Japan is land of vending machine. Namun seketika seorang petugas melarang saya untuk melawan arus, padahal jaraknya mungkin hanya 3-4 meter saja ke arah vending machine tersebut. Ok, ini universe yang berbeda.
Trip seperti ini paling tidak ada dua sisi yang bisa saya lihat: sisi luar (penilaian saya terhadap orang Jepang), dan sisi dalam (penilaian saya terhadap orang Indonesia yang ke Jepang -sebagai contoh tidak ada orang yang menyesal tinggal di Jepang bahwa seketat-ketatnya hidup di Jepang jauh lebih baik dari hidup di Indonesia). Lebih lanjut ini selaras dengan penjelasan environmental determinism, kenapa Jepang jauh lebih maju dari Indonesia.
(Catatan terinspirasi dari: Dual process model of coping Margaret Stroebe Henk Schut, Loss vs restoration oriented; Five stages of grief, Kubler-Ross model)
Quote: “Life is difficult to predict” Melihat hujan di Osaka Cruise.
Quote: “Experience greater than explanation” Melihat gerbang di Fushimi Inari


Mangrove Pantai Indah Kapuk Trip – 24 Jul 2022: Monthly Trip


Menarik, mencoba punya target sebulan sekali jalan rada jauh. Lumayan challenging, apalagi kalau liburan anak sekolah dengan kondisi keuangan yang minimal
Annual Trip, Jogja – Cirebon 2021
Menarik, ritual setahun sekali. Waktunya bergeser, tidak lagi Idul Fitri tapi digantikan dengan tahun baru. Destinasi yang sama. Dan rasanya ada banyak pelajaran berharga yang tidak ternilai:
1.Putting the theories in field. Dari destinasi utama adalah Sate Klatak, ternyata justru menjadi tempat yang tidak sempat didatangani. Kejutan datang dari Jeep Merapi, justru dari Pantai Krakal tidak menarik. Trip ini memberikan banyak pelajaran mengenai perencanaan -bahwa selalu ada gap antara rencana dan realita.
2.Menabung kebahagiaan, ini sangat setuju ref. Karena trip itu sebenarnya sangat melelahkan, mulai dari memastikan makanan 3x sehari, rute yang efektif -renang membutuhkan waktu setengah hari atau terkadang destinasi dadakan -naik delman bisa jadi sangat menyenangkan, atau sesuatu yang direncanakan dengan baik justru menjadi tidak baik -e.g nonton film spiderman
Anak muda

Saya selalu bercita-cita punya banyak waktu untuk menulis dan punya banyak bahan untuk menulis. Hari ini cita-cita saya terkabul. Di Bandung, saya mendapatkan waktu yang lebih dari cukup untuk menulis dengan inspirasi yang saya dapatkan dari perjalanan berlari di pusat kota Bandung, dari Gedung Sate hingga kampus ITB.
Perjalanan ini saya mulai sehari sebelumnya, selepas magrib, saya berlari menuju Gasibu. Mungkin karena malam minggu ada begitu banyak anak muda, pasangan muda, orang tua muda dengan anak kecil yang bermain di Gasibu. Mungkin, ini yang dimaksud dengan Bandung yang asri pikir saya.
Jalanan yang saya lalui, dengan trotoar yang tinggi, lalu lintas yang super padat, lampu jalanan yang padam sebenarnya sudah mengurungkan niat saya untuk terus berlari. Namun rasa ingin tahu saya untuk membelah kota Bandung membuat saya terus melangkahkan kaki menuju Jl. Juanda, menuju Kampus ITB.
Setelah berlari, saya mulai mendapatkan gambaran peta mengenai kota bandung secara lebih utuh. Mana utara dan mana selatan Bandung, mana jalan layang dan mana kantor Bank Jabar. Saya mengunjungi kota Bandung sudah berkali-kali sejak SD, SMP hingga bekerja. Namun, mungkin baru sekarang saya lebih paham mengenai kota ini.
Esok paginya, saya berkesempatan untuk berlari lagi. Dengan rute yang hampir sama, dari Gasibu menuju ITB. Saya sangat terkejut melihat betapa banyak orang yang berlari di Gasibu. Sangat amat banyak, saya pikir tidak mungkin ada orang yang bisa menikmati lari pagi di Bandung dengan rute yang sangat padat. Belum lagi ditambah dengan jumlah orang dan suhu udara yang terik.
Tapi, mungkin, hal yang berbeda inilah yang membuat sebuah perjalanan menjadi menarik. Hal yang berbeda inilah yang menjadikan banyak bahan untuk menulis. Saya tidak bisa membayangkan betapa padatnya suasana di minggu pagi di seputaran ITB. Mengingatkan saya pada kepadatan yang sama dengan UGM.
Suasana yang sama antara masjid, kampus, pusat perbelanjaan yang luar biasa padat. Dengan orang yang jumlahnya sangat banyak. Rasanya tiap-tiap orang berusaha bersaing mendapatkan ruang yang tidak lagi cukup.
Saya terdiam, apakah ini yang saya inginkan?
Bandung selalu menjadi kota idaman saya sejak kecil. Saya selalu memimpikan agar Cirebon sebesar Bandung. Bahkan saya sering memimpikan agar saya bisa menikmati minggu pagi sebagaimana orang-orang ini berlalu lalang di minggu pagi.
Hampir sebagian besar orang yang saya lihat adalah anak muda. Makanya mengunjungi kampus menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Ingatan saya meluncur ketika saya masih duduk di bangku kuliah. Mengunjungi ruang-ruang kampus ITB pada minggu pagi mengingatkan saya bahwa saya tidak lebih dari bagian kecil dari sebuah sistem yang sangat kompleks.
Orang bisa saja memotret lewat instagram, bagian paling indah dari kota Bandung, atau bagian paling menarik dari wajah seseorang. Namun, realita bukanlah potret satu sisi. Realita adalah potret multidimensi.
Kita memang tidak boleh berhenti belajar.
Bandung, Minggu Pagi November 2016
Catatan update: 2 Jan 2023: 6 miles is a lot of things.
