Anjar Priandoyo

Catatan Setiap Hari

Beli rumah vs biaya sekolah (S2)

with 10 comments

Mas Anjar salam kenal, saya ibu dua anak, suami saya dokter. Saya sedang bingung memilih antara membeli rumah (second) dan sekolah spesialis suami. Mohon masukannya ya.
Mba Titi via SMS

Terimakasih mbak Titi untuk SMSnya -yang sayangnya kurang detail-, saya asumsikan:
1. Keluarga Mba Titi secara ekonomi sudah mapan.
2. Saat ini Mba sudah punya tabungan 150 juta.
3. Mba Titi sudah punya rumah sendiri, tapi ukurannya kecil, kurang nyaman
4. Biaya sekolah spesialis suami 200 juta (FKUI).
5. Mbak bingung memilih mana karena dua-duanya penting.

Catatan: Cerita ini juga bisa digeneralisir untuk teman-teman yang bingung antara biaya MMUI (60 juta misalkan) dengan beli rumah (DP 60-70-an juta)

Komentar:
Karena hampir semua kebutuhan Mba Titi sudah terpenuhi, tentunya ini tinggal masalah waktu saja. Diantara dua pilihan tersebut, saya rasa yang paling mendesak adalah sekolah spesialis. Semakin lama sekolah spesialis itu ditunda biasanya berdampak juga dengan motivasi untuk belajarnya. Jadi untuk sekolah memang saya sarankan lebih cepat lebih baik.

Rumah, termasuk kebutuhan yang mendesak,karena setiap tahun harganya semakin meningkat. Apalagi kalau anak-anak sudah besar. Tapi mungkin harus dikompromikan lagi. Mana yang paling penting untuk keluarga Mba Titi.

Saya pribadi pun mengalami hal ini, Dinda yang memang bercita-cita mengambil S2 -yang alasannya membahagiakan orangtua- akhirnya sementara batal mengambil S2 karena dananya dialokasikan untuk membeli rumah.

Catatan:
Kasus-kasus seperti ini memang sebuah hal yang dilematis bagi para ibu. Pada tingkatan tertentu, semakin besar kemampuan ekonomi pasangannya ternyata tidak sebanding dengan semakin besarnya perhatian pasangannya pada keluarga. Lebih sering pasangannya justru semakin ‘individualis’ dan menikmati kesibukannya.

Saran saya memang harus dibicarakan lagi dengan pasangan, tapi apapun itu, saya yakin yang paling memahami kebutuhan pasangan anda adalah Mba sendiri. Kalau memang rumah itu maha penting dibandingkan dengan sekolah spesialis si pasangan, tapi ternyata itu bikin pasangan ga happy, kesal dan dongkol di dalam hati. Ada baiknya Mba mempertimbangkan lagi.

Toh pada akhirnya kita semua ingin pasangan kita berbahagia kan, pingin keluarga kita berbahagia kan. Toh pada akhirnya pun masing-masing akan menyadari, siapa yang berkorban untuk siapa.

Moga diberi keputusan yang terbaik mba. Salam dari saya dan Dinda.

Written by Anjar Priandoyo

Juni 19, 2007 pada 1:53 am

Ditulis dalam Society

10 Tanggapan

Subscribe to comments with RSS.

  1. Tergantung spesialisnya, klo SpB, SpA atau SpKK sepertinya bisa dapat > 1 jt/hari (net profit), dengan syarat klo dokternya sendiri disukai pasien, dan terkenal (publikasinya luas).
    Gak rugi dah klo jadi dokter Spesialis. Selama kesehatan dan Telekomunikasi masih bisa dibisniskan di Indonesia, sepertinya kedua bidang ini masih oke untuk jadi kaya.
    Beda sama misalnya di negara-negara arab dimana telpon dan dokter gratis.

    abu syajaain

    Juni 19, 2007 at 2:18 am

  2. ambil spesialisnya di unair saja. ketika lagi spesialis “seharusnya” gak boleh kerja di klinik, tapi kebanyakan sih, para dokter ini gerilya. uniar itu sekolah kedokterannya menagani kasus sak indoensia timur, jadi diakui kalau skill spesialis lulusan unair lebih canggih dibandingkan spesialis lulusan UI.

    FYI, di unair, spp spesialis hanya 600 rb per semester. sangat jauh dibandingkan UI. dan ambil spesialis minimal memang 5 tahun sekolahnya. ambillah sekolah yg lebih moderat biayanya dengan hasil yg lebih baik.

    papabonbon

    Juni 19, 2007 at 4:08 am

  3. Saya dulu kok nggak bingung ya…apa sekolah lagi, apa beli rumah. Karena setiap tahun udah buat planning keluarga, apa target ayah, target ibu dan target anak-anak (walaupun sering melenceng). Jadi segala sesuatu kalau dibicarakan dengan pasangan, rasanya nyaman2 aja.

    Karena jika suami/isteri kuliah lagi, dibutuhkan dukungan suami/isteri dan anak…artinya mereka harus siap ditinggalkan, ataupun kalau dirumah sibuk belajar, kurang menemani jalan-jalan, jadi tanggung jawab ngajak jalan-jalan, ambil rapor dsb nya diambil alih pasangan yang nggak kuliah.

    Punya rumah? Tentu impian semua pasangan yang sudah menikah. Tinggal bikin matrik saja, lihat pro’s dan con’s nya….nanti akan terlihat mana pilihan terbaik.

    edratna

    Juni 19, 2007 at 7:00 am

  4. Kalau boleh ikut usul, sebaiknya ambil saja kesempatan kuliah S2. Memang pengorbanan materi, waktu dan tenaga sudah pasti besar, tapi yang tidak bisa dikompromikan adalah kesempatan. Artinya mumpung masih muda dan kuat serta anak-anak masih kecil yah itu momen yang tepat buat cari ilmu dan pengetahuan sebanyak-banyaknya. Proses hidup kan kayak menanam pohon buah-buahan. Setiap waktu ada proses yang harus tepat dilakukan, misalnya pada periode tertentu pohon harus cukup dikasih pupuk dan air serta perawatan lainnya sehingga pada waktunya bisa berbuah secara maksimal. Kalau sudah waktunya berbuah baru dipupukin yah telat-buahnya gak bakal banyak.

    andri PH

    Juni 19, 2007 at 11:58 am

  5. Pilih SEKOLAH LAGI!

    johanes iwan

    Juni 20, 2007 at 4:29 am

  6. gimana kalo gini, sekolah oke beli rumah juga…
    Rumah sekarang dijual buat DP rumah baru pasti cukup, kalo DP gede cicilan kan bisa kecil. Biaya kuliah 200 jt kan gak harus sekaligus kan? Apalagi saat kuliah spesialis pasti masih dapat pendapatan bulanan. .

    Wahyu

    Juni 20, 2007 at 7:29 am

  7. Sekolah lageeeee….
    harta gak di bawa mati (red: rumah ntar di tinggal di dunia). Sedangkan, di Indonesia… dg penduduk lebih dari 200juta, dan keterbatasan jumlah dokter di Indonesia, maka dapat dipastikan kebutuhan akan seorang dokter spesialis masih tinggi. Dg menjadi seorang spesialis kamu bisa membantu lebih banyak orang kelak. Terus, belajar itu bagian dari menambah pahala dan amal. Syukur2 penelitianmu berguna dan bermanfaat bagi banyak masyarakat.
    Kalau kamu ingin jadi orang kaya, janganlah jadi dokter. Kalau mentalitasmu ingin jadi kaya, nanti diagnosa-mu jadi biased. Tapi kalau niatmu ingin bantu orang, ingin bantuin menyembuhkan orang, dan berbuat baik, maka Insya Allah ada saja nantinya rejekimu. & I’m sure you’ll get your house. Kamu sebagai istri seharusnya bisa mendukung suami menjadi orang yang lebih baik, dan memotivasi suamimu utk sekolah, karena sekolah spesialis gak gampang looh…
    Spesialis Unair emang murah. Tapi susah masuknya, susah keluarnya hehehe… you gotta be damn smart to get in. terus kamu juga harus sabar bantuin suamimu ngerjain tugas2nya yg berjibun itu! Siap2 jadi tukang ketik dan researcher di internet utk nyari bahan2 penelitiannya, krn ntar dia sibuk banget kerja & belajar di RS dr. Soetomo sampe2 gak sempat browsing di internet utk nyari tambahan footnotes. Ketika suamimu akhirnya memilih utk sklh spesialis, kamu-nya jg jangan manja dan minta perhatiannya, krn no 1 adalah pasien, dan kamu harus sabar membantu suamimu jadi orang yg sabar krn dia pasti akan mengalami masa-masa down kalau pasiennya tidak tertolong dan meninggal.
    Good luck!

    dewimon

    Juli 24, 2007 at 4:49 am

  8. setuju sekolah lagi, mirip dengan kasus batman. batman ambil s2 padahal belum punya rumah. harapan batman bisa dapat ilmu yang lebih bisa diaplikasikan ke masyarakat. cari duit juga he he he. habis s2 mau ngajar rencananya. khan kebayar nanti cicilan rumah dengan nyambi jadi dosen. atau buat proyek penelitian yang dapat dikomersialkan di masyarakat. cari duit sah-sah saja cuma kalau dokter jangan dikit-dikit pasien dicaesar kayak pengalaman istri batman, batman jadi sedih karena selain biaya bengkak punya anak lagi harus nunggu 2-5 tahun supaya kandungannya aman. yah mumpung batman masih muda dan semangat belajar. maju terussss…., amien

    batman

    Juli 22, 2008 at 8:21 am

  9. beda orang beda pandangan.Ada yg suka investasi pada bidang pendidikan ada pula ke hal lain (bisnis,properti,dsb).

    Kalo yg dampaknya bisa lebih panjang mungkin pendidikan ya. Apalagi dokter spesialis.

    tresna

    April 6, 2009 at 6:34 am

  10. sekolah lg donk.. ntar kelar sekolah spesialis, bisa beli rumah segede apa yg mba maw.. jauh loh gaji spesialis ama dokter umum.. apalagi ada kesempatan dan uang.. rugi bgt di sia2kan.. emg sih kyknya buang2 uang dan waktu.. tp bgt dah kelar, baru deh rasain nikmatnya

    divi

    Februari 16, 2011 at 2:31 pm


Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.