Anjar Priandoyo

Catatan Setiap Hari

Kredit Mobil Rp 200 juta

leave a comment »

Sedang menghitung-hitung kalau membeli mobil dengan cicilan, sepertinya ga masuk angkanya hahaha. Tapi mungkin at least di 2024, Honda Brio bisa menjadi patokan ya, karena harganya dengan harga psikologis <200 juta, dan cicilan selama 3 tahun dengan rata-rata sekitar 5.2 juta per bulan.

Alternatifnya, beli mobil second, Honda Brio yang sama sekitar 8 tahun yang lalu (tahun 2016-an)

Atau yang sekitar 5 tahun yang lalu Daihatsu Alya

Written by Anjar Priandoyo

April 27, 2024 at 10:32 am

Ditulis dalam Business

Tagged with ,

Seremonial dan protokoler

leave a comment »

Kemarin saya menempuh perjalanan panjang sekitar 110 km. Berangkat ditempuh sekitar 1h26m dan pulang sekitar 1h56m. Berangkat cuaca sangat cerah, saya bisa melihat Gunung Salak sepanjang perjalanan, jalanan sangat lancar karena melawan arus. Perjalanan yang sangat menyenangkan karena tempat-tempat yang sudah sering saya lalui dalam prediksi yang tepat seperti perempatan duren sebagai titik terjauh jalan-jalan motoran sekitar rumah, putaran pasar ciputat sebagai milestone 10 km untuk terus lurus menuju kota Bogor.

Berangkat ini perjalanan yang sangat familiar, karena dahulu beberapa kali ke Bogor untuk menyelenggarakan rapat, saat ini justru ke Bogor untuk menjadi peserta rapat -sesuatu yang sudah lama sekali tidak saya lakukan. Di perjalanan berangkat pun saya sempat melakukan percobaan, meski saya sudah 2-3 kali melakukan perjalanan ke Novotel Bogor, baru kali ini saya memutuskan mencoba rute baru via Summarecon Bogor, yang ternyata tidak jauh berbeda dibandingkan rute awal dari Google Maps.

Perjalanan pulang dimulai dengan kekhawatiran besar. Sedari makan siang hujan sudah turun, berganti-ganti, gerimis, hujan deras, hingga sore hari sekitar jam 16:45, hujan benar-benar berhenti. Bergegas saya menuju parkiran -ternyata parkiran tempat motor dipindah, sempat takjub bagaimana melakukannya. Dan kemudian perjalanan dilakukan. Dugaan dan harapan saya, perjalanan akan saya tempuh dalam waktu 1h45m, namun ternyata Jumat malam memang berbeda. Meski ada ketakutan bahwa genangan air muncul, atau bahkan hujan deras justru turun -yang ternyata tidak terjadi, tapi kemacetan tidak bisa dihindari dengan total waktu tempuh mendekati 2 jam pulang, dan 1.5jam berangkat. Ke Bogor memang berat.

Pulang, saya putuskan untuk mengubah semua rencana jumat malam saya. Saya pulang, segera makan secukupnya, menyadari berat badan susah sekali untuk dikendalikan -siapa yang bisa menghindari godaan makanan hotel. Saya ikhlas, dengan konsekuensi dari perjalanan panjang, dari persiapan meeting yang melelahkan, dari berbagai drama, dari berbagai protokoler dan seremonial. Namun, tiba-tiba disela-sela 1 jam beristirahat total, selepas mandi, beristirahat dikamar. WA masuk, untuk jalan-jalan mengitari Bintaro yang memang segar sekali hawanya setelah diguyur hujan. Ikhlas selalu lebih baik, karena ikhlas selalu mendapat ganjaran.

Perjalanan kemarin adalah cerita tentang perjalanan kehidupan saya. Ada usaha keras untuk berangkat dan ada usaha keras untuk pulang. Ada teman di perjalanan dan ada cerita, keputusan, semangat untuk tidak menyerah. Untuk ternyata cukup heran ketika tidak ada tukang parkir yang menagih saya di suatu titik di jalan raya bogor, karena ternyata beliau sangat aware untuk melihat bahwa saya memang hanya berhenti sementara. Sementara, bukan untuk membeli makanan di rumah makan dengan parkir yang luas itu.

Bagian 1: 408 kata 16 menit

Written by Anjar Priandoyo

April 27, 2024 at 6:44 am

Ditulis dalam Life

Tagged with

Bintaro – Bogor Touring Apr 2024 3h17m 104km

leave a comment »

Beautiful day for touring

Interesting, touring pertama di tahun 2024. Rencananya pingin bisa touring setiap tahun sekali.

Written by Anjar Priandoyo

April 26, 2024 at 11:58 am

Ditulis dalam Life

Tagged with ,

Menarik dan menghembuskan nfas

leave a comment »

Saya sebenarnya tidak suka lari, walaupun setiap hari minggu ingin sekali diajak sepedaan ke alun-alun kejaksan -dahulu saat kecil. Saya mulai tersadar bisa lari ketika SMP ada kegiatan olahraga mengelilingi sekolah, dan ternyata saya bisa berlari, saya ada di sekitar top 10%, tidak yang paling cepat, tapi sekitar top 10% yang selesai. Setelah itu saya mulai merasa bisa berlari, termasuk bisa berlari di SMA. Fase lari dimulai. Dunia dua sisi saja, berprestasi dan tidak. Berlari dan tidak.

Di kuliah, lari sama sekali berhenti. Sama sekali. Mungkin faktor trauma. Menganggap bahwa kegiatan fisik sama sekali tidak berguna. Melihat bahwa pilihan hidup hanya akhirat (beribadah) atau dunia (bekerja), bahwa hidup adalah binari (hitam dan putih), dua dimensi, dua sisi saja. Fase berpikir dimulai, fase lari berhenti. Ini terjadi sekitar 2000-2004, periode krisis besar pada waktu itu.

Pada saat kerja, muncul kerinduan lagi akan masa lalu. Bukan masa lalu di kuliah, karena pada saat kerja, masjid hilang, tidak ada lagi kegiatan beragama berkelompok. Basis keagamaan di di Jakarta hilang. Disini lari kembali muncul, tidak rutin, tapi Mega Kuningan menjadi saksi tersendiri. Ketika orang jam 06:00 pagi mulai berjibaku dengan lari, saya sudah dengan senangnya mengeliling Mega Kuningan -tanpa kerumunan GPS orang-orang. Fase lari hadir kembali. Kencang tanpa berpikir. Ini terjadi sekitar 2004-2009

Lari dan berhenti datang silih berganti. Lari sejatinya baru benar-benar berhenti pada tahun 2008-2013. Justru ketika saya melihat kembali bahwa hidup itu merupakan dua dimensi lagi. Tentang innerself dan outerself, tentang dua muka, apa yang sebenarnya ada -hati kecil, dan apa yang sebenarnya ingin ditunjukkan kepada dunia -lewat sosial media.

Sekarang di tahun 2024, angin perubahan datang kembali, seperti siklus lari, kadang cepat kadang lambat terhenti. Dua dimensi pun berubah kembali. Keseimbangan yang dilihat antara rumah dan kantor, antara keluarga dan pekerjaan. Tidak ada lagi dimensi inner outer layaknya anak 20an yang ingin menunjukkan identitasnya -yang bahasa lainnya adalah mencari identitas, sebenarnya identitas sudah ada, namun identitas itu perlu validasi.

Setiap hari, orang menghadapi tantangan kehidupan yang baru. 2004-2009 ke 2009-2014, adalah dari lari ke berhenti berlari. Tapi, dari 2004-2014 ke 2014-2024 adalah dari berhenti berlari ke berlari. Apa rasa sebuah fase tergantung dari sudut pandang apa kita melihatnya.

369 kata 25 menit

Written by Anjar Priandoyo

April 26, 2024 at 4:57 am

Ditulis dalam Life

Tagged with

Definisi Open Finance

leave a comment »

Baru tersadar bahwa tidak ada definitive answer buat apa itu Open Finance. Beberapa definisi yang saya temukan:

  • Open Finance: Inclusive finance, dimana open itu artinya terbuka bagi semua nasabah
  • Open Finance: Thirdparty access to financial data, dimana open itu artinya terbuka bagi semua gerai/pengusaha/perusahaan

Written by Anjar Priandoyo

April 25, 2024 at 2:01 pm

Ditulis dalam Business

Tagged with

Opposite of autonomy is dependence -not submissiveness

leave a comment »

I am a strong opponent of modernization -progress, even at the cost of economy. The pathway to modernization expect a changes in the political (social as identity, political as power) structure and economic structure. Its a creative destruction. “What I want particularly to stress is that the solution is essentially the transformation of the conflict from a political problem to an economic transaction. An economic transaction is a solved political problem”.

To me, economy is like food and social is like exercise/sport/fashion -an essential for identities, but has no real value, but only has social or emotional value.

Social conflict is a struggle waged by a group of people for a common cause. There are two main characteristics for social conflicts. First, unlike market-type conflicts, which are carried out within a voluntary exchange framework, social conflicts involve coercive power and domination. Second, social conflicts assume people struggling for “common interests” and not only for private individual interests (Vahabi [2009b]). As Lerner correctly reminds, the Walrasian model precludes such type of conflict.

The four Cs of the political economy does exist. The four Cs are context, collective behavior, conflicting interest, and change

‘Autonomy’ is a noun which means ‘freedom from external control/ self-governing’;

‘Submissiveness’ is a noun which means ‘the quality of being submissive (obedient)’,’Disbelief’ is a noun which means ‘lack of faith’; ‘Liberty’ is a noun which means ‘freedom’, but none of these adjectives convey the opposite meaning as that of the given word ‘Autonomy’. ‘Dependence’ is a noun which means ‘the state of relying on or being in control of something’ which is opposite of the given word ‘Autonomy’.

Select the most appropriate antonym of the given word: Autonomy
a. Submissiveness
b. Disbelief
c. Dependence
d. Liberty

Modernization theory holds that as societies become more economically modernized, wealthier and more educated, their political institutions become increasingly liberal democratic. The “classical” theories of modernization of the 1950s and 1960s, most influentially articulated by Seymour Lipset, drew on sociological analyses of Karl Marx, Emile Durkheim, Max Weber, and Talcott Parsons. Modernization theory was a dominant paradigm in the social sciences in the 1950s and 1960s, and saw a resurgence after 1991, when Francis Fukuyama wrote about the end of the Cold War as confirmation on modernization theory.

The theory is subject of much debate among scholars. Critics have highlighted cases where industrialization did not prompt stable democratization, such as Japan, Germany, and the Soviet Union, as well as cases of democratic backsliding in economically advanced parts of Latin America. Other critics argue the causal relationship is reverse (democracy is more likely to lead to economic modernization) or that economic modernization helps democracies survive but does not prompt democratization. Other scholars provide supporting evidence, showing that economic development significantly predicts democratization.

keyword: language

Written by Anjar Priandoyo

April 25, 2024 at 1:26 pm

Ditulis dalam Society

Tagged with ,

The empirical life: 15 minutes miracle

leave a comment »

Hari ini belajar hal baru lagi, dan belajar lagi untuk memilih mana-mana yang sudah pernah diterapkan dengan baik, mana-mana yang berjalan dengan baik. Lari enam hari seminggu itu contohnya, sempurna sekali, at any condition sekali, tapi keberlakuannya hanya dalam periode tertentu saja mungkin dalam waktu 2-3 tahun saja, mungkin hanya periode 2016-2019, atau 2021-2023 saja. Pada akhirnya semua dikembalikan kepada waktu.

Hari ini misalnya, sedang mencoba untuk menahan lapar. Ternyata cukup menyenangkan, lapar bisa ditahan dan terasa membahagiakan seperti nikmat orang berbuka puasa. Tahun ini ada beberapa langkah pertama, yang kemudian sempat terhenti. Langkah pertama mana yang bisa mencapai tempat tujuan ini seperti misteri, tapi sepertinya waktu akan menjadi saksinya.

Hari ini menelpon adik, cukup panjang. Mengingatkan untuk mulai membangun sebuah sistem perlindungan (safety net) yang lebih baik. Mengingatkan mengapa memiliki dua laptop, mulai 2021 sepertinya, menjelang umur 40, saat menghadiri kegiatan yang membutuhkan sharing screen secara bersamaan dengan menulis notula.

Sama seperti lari, dimana yang paling baik adalah mendapatkan periode untuk fokus selama 1 jam misalnya. Sekarang saya juga sedang belajar untuk mendapatkan periode fokus berpikir selama durasi waktu yang lebih panjang. Sesuatu yang sebelumnya secara kontradiktif justru saya lakukan. Dari reactive writing menjadi focus writing. Untuk bisa berpikir lebih panjang, bukan sekedar untuk memitigasi risiko, tapi untuk membangun sesuatu yang lebih besar.

Kemarin membaca tulisan di balik mobil yang kurang lebih berkata jatuh 7 kali dan bangun 8 kali sepertinya sangat pas untuk direnungkan. Ini bisa jadi adalah periode terakhir, periode penulis quora favorit, periode dimana takdir itu bukan pilihan, tapi respon atas takdir adalah langkah-langkah yang dijalankan secara perlahan. Bismillah, diniatkan untuk hidup yang lebih baik.

278 kata 14 menit

Written by Anjar Priandoyo

April 25, 2024 at 6:01 am

Ditulis dalam Life

Tagged with

Planning

leave a comment »

Menarik

Cara penyusunan dokumen planning

  • Based on EA > ITMP
  • Based on inisiatif > ITSP

RSTI

  • Peran TI terhadap bisnis
  • Organisasi TI
  • Rencana Biaya
  • Peta Jalan

Written by Anjar Priandoyo

April 24, 2024 at 5:43 pm

Ditulis dalam Science

Big Government

leave a comment »

Just start to realized, how big is the government is. I always thought that converting 2000+ data center is crazy effort, but looking at the size of 20,000+ bank account of the government body is event more crazy in scale. Indonesia is at 4th largest countries in the world. The degree of complexity managing the government is very complex.

10 instansi pusat dengan jumlah PNS terbanyak adalah
1.Kementerian Agama sebanyak 233.910 (5,38%)
2.Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi 113.087 pegawai (2,60%)
3.Kementerian Luar Negeri 69.332 (1,59%)
4.Kementerian Pertahanan 58.848 PNS (1,35%).
5.Kementerian Kesehatan sebanyak 50.897 (1,17%)
6.Kementerian Hukum dan HAM 43.121 pegawai (0,99%)
7.Mahkamah Agung 30.608 (0,70%).
8.Kementerian Perhubungan sebanyak 29.195 (0,67%)
9.Polri 24.489 (0,56%).

Maret 2017, tercatat jumlah PNS baik pusat maupun daerah sebanyak 4.351.496 orang (78.99% di daerah)

September 2022 sebanyak 4.315.181:
Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 3.956.018
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) 359.163.

Mayoritas dari total PNS mengisi jabatan
jabatan fungsional sebanyak 2.103.67
jabatan pelaksana sebanyak 1.503.683
jabatan pengawas 222.064
jabatan administrator 95.771
jabatan pimpinan tinggi 20.464
jabatan eselon 5 10.363

Jumlah rekening K/L 24.108 rekening dengan VA menjadi sekitar 2000
Jumlah satker 26,000
Kementerian agama: 4.474 satker (2013), satker Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 1.686 satker
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia: 1000+ satker

Written by Anjar Priandoyo

April 23, 2024 at 4:26 pm

Ditulis dalam Science

Tagged with

Correlation Myth: Feed a Cold, Starve a Fever

leave a comment »

Kalau lagi flu (cold) banyak makan, tapi kalau lagi demam (fever) banyak puasa.

The saying “feed a cold, starve a fever” dates back to a dictionary published by John Withals in 1574 because of a note that indicated “fasting is a great remedy of fever.”

There are many exercise myths

  1. Exercise turns fat into muscle > fat and muscle two different tissues that can not be converted
  2. No pain no gain > great body can be achieved without pain
  3. Stretching before workout > not that mandatory
  4. You can spot reduce fat > Spot reduction is a myth – we can’t control where our bodies lose fat

Personally I add some

  1. Health is myth, your body can do self healing
  2. After exercise water intake is a must
  3. If you sick you need a lot of food
  4. You can survive without coffee
  5. Caffeine cure fever
  6. Fasting cure fever

Written by Anjar Priandoyo

April 23, 2024 at 5:51 am

Ditulis dalam Science

Tagged with , , , ,