Anjar Priandoyo

Catatan Setiap Hari

Archive for the ‘Uncategorized’ Category

Begitu cepatnya jaman berubah

leave a comment »

Tahun 2015 dirumah Wydale, saya masih menonton tayangan cartoon network, semacam My Little Pony dan Ninja Turtles. Saking seringnya sampai membeli figurine, tas hingga kostum untuk hadiah ulang tahun anak. Tidak butuh lama ketika tahun 2016 menjadi tahunnya Minecraft dan tahun 2017 menjadi tahunnya Roblox.

Laptop yang saya gunakan sekarang adalah model terakhir dari Thinkpad dengan aspect ratio 4:3.Sesuatu yang pada awalnya saya tentang namun sekarang malah menjadi pilihan pertama saat menilai sebuah laptop.

Written by Anjar Priandoyo

Januari 8, 2017 at 9:09 am

Ditulis dalam Uncategorized

Sistem Kompleks

leave a comment »

Sistem manusia modern adalah sistem yang kompleks. Ambil contoh persoalan politik, politik sebenarnya sederhana saja mengenai cara mengatur orang. Meski cara yang diambil spesifik, misalnya demokrasi, selalu saja ada ruang untuk berkembang. Contoh perlukah organisasi berbasis identitas diakomodir dalam sistem demokrasi. Dari dulu organisasi ini tidak pernah menjadi masalah misalnya keluarga muslim, keluarga makassar, dan orang tidak pernah mempertanyakan hal ini. Namun ketika hal ini menjadi masalah misalnya ada kekerasan, maka orang akan mempertanyakan hal ini. Orang bisa menchallenge, apakah kekerasannya yang dilarang atau organisasinya yang dilarang.

Sistem ekonomi juga demikian. Dulu, tidak ada kebutuhan perdagangan dari timur jauh. Namun ketika kebutuhan perdagangan dari timur jauh muncul. Maka ada pihak-pihak yang punya inovasi untuk membuat sistem jalur perdagangan lebih efektif. Contohnya Ottoman, yang akhirnya mengalahkan persaingan antara Genoa dan Venice. Sistem politik begitu juga dengan sistem ekonomi selalu dinamis.

Dalam menjual ide, orang bisa saja mengatakan bahwa sistem ekonomi dan sistem politiknya adalah yang paling baik. Dan saat ini semuanya bermain dan berkompetisi dalam ranah sosial media yang sangat dinamis. Sebuah ranah yang tidak pernah industri media pikirkan sebelumnya, juga tidak pernah industri demokrasi bayangkan.

Untuk menggambarkan sesuatu fenomena sosial saja, dari Innovationnya Schumpeter saja bisa beranak pinak banyak sekali. Disruptive Innovationnya Christensen lebih melihat pada dimensi produk, sementara dimensi Technological Transitionnya Geels lebih melihat pada dimensi sosial institutionnya. Kebetulan saja Christensen banyak direfer dunia bisnis dan Geels banyak direfer dunia akademik. Sama ceritanya seperti Porter vs Mintzberg, persaingan ini pun akhirnya dikalahkan dengan tokoh tokoh seperti Zuckerberg.

Written by Anjar Priandoyo

Januari 8, 2017 at 5:54 am

Ditulis dalam Uncategorized

Kalah itu sangat obvius

leave a comment »

Kalah itu sebenarnya sangat obvious -tidak terbantahkan. Uangnya lebih sedikit, jalannya lebih lambat, prestasinya tidak ada. Unggul itu sangat obvious, uangnya lebih banyak, fisiknya lebih sehat, wawasannya lebih luas.

Written by Anjar Priandoyo

Januari 6, 2017 at 7:34 pm

Ditulis dalam Uncategorized

Semua Salah Pemerintah II

leave a comment »

Semua salah pemerintah (baca: belum optimal) itu bisa dikategorikan pada beberapa hal:
– Belum ada peraturannya
– Sudah ada peraturannya tapi conflicting/tumpang tindih
– Sudah ada peraturannya tapi tidak bisa ditegakkan

Akar masalah juga bisa mengerucut pada beberapa hal:
– Moral (People): Korupsi, Malas, Tidak Berpendidikan
– Barrier (People): Pengangguran, Kemiskinan, Kesenjangan, Korupsi
– Infrastructure: Peraturan, Birokrasi, Daya Saing, Physical Infrastructure

Kesalahan terbesarnya mungkin kita tidak jernih dalam melihat.

Written by Anjar Priandoyo

Januari 6, 2017 at 7:31 pm

Ditulis dalam Uncategorized

Semua Salah Pemerintah – Prequel

leave a comment »

Saya melakukan wawancara kecil mengenai energi di Indonesia. Sebuah topik yang ujung-ujungnya yang disalahkan adalah pemerintah. Benarkah pemerintah selalu salah? kalau kacamatanya energi, adalah benar bahwa pemerintah selalu salah. Karena, sebuah hal yang baik dan besar hanya bisa dikelola oleh pemerintah. Karena masalah energi tidak bisa diselesaikan oleh Pertamina sekalipun. Sama seperti masalah pendidikan, tidak bisa diselesaikan oleh sekolah.

Pertamina dalam hal ini adalah perusahaan, begitu juga sekolah adalah perusahaan. Untuk bisa besar, maka perlu diatur. Diatur dalam hal bantuan, semisal subsidi atau dalam bentuk larangan. Semisal, perusahaan dilarang menggunakan barang berbahaya.

Enaknya, pemerintah memberikan perintah secara setara. Contoh kalau pengusaha ayam goreng dilarang menggunakan minyak bekas, maka peraturan ini harus berlaku di semua perusahaan. Agar fair, karena kalau tidak fair maka tidak sehat. Akan ada perusahaan yang mati, meski ada perusahaan yang bisa tumbuh -semisal mendapat pengecualian.

Namun kondisi bahwa pemerintah selalu salah ini, bisa jadi bukan kondisi yang baik. Bisa timbul kesan bahwa pemerintah yang sering melakukan kesalahan adalah pemerintah yang tidak kuat. Yang paling buruk adalah bisa timbul kesan bahwa kesalahan selalu dilemparkan ke pemerintah. Contoh karyawan tidak bekerja dengan rajin, karena salah pemerintah yang tidak menjamin UMR yang mencukupi.

Written by Anjar Priandoyo

Januari 6, 2017 at 7:23 pm

Ditulis dalam Uncategorized

Semua salah pemerintah

leave a comment »

Secara filosofis, dalam sebuah organisasi jika terjadi masalah, maka kesalahan selalu ada pada pimpinan tertinggi. Contoh, disebuah restoran, jika seorang pelayan salah memberikan teh manis pada pelanggan yang memesan kopi. Kesalahan tersebut bisa jadi dianggap kesalahan si pelayan. Namun bila ditarik akar masalahnya lebih jauh, bisa jadi kesalahan tersebut karena pelayan punya beban kerja terlalu banyak, atau karena pelayan kurang training.

Pelayan yang punya beban kerja terlalu banyak, bisa jadi karena pimpinan restoran, tidak membagi beban kerja secara merata. Juga bisa jadi karena pemilik restoran tidak punya program pelatihan yang baik untuk pelayannya. Pimpinan restoran akan selalu diminta pertanggungjawabannya atas segala hal yang dipimpinnya.

Namun.

Secara organisasi, atau secara manajemen, jika terjadi sebuah masalah. Maka itu bukanlah kesalahan pimpinan. Dari contoh pelayan tadi, kesalahan tadi merupakan kesalahan bila si pelayanan sudah diberi pelatihan, namun karena ceroboh, kemudian memberikan minuman yang salah. Sebaliknya juga, jika pemesanan memang terlalu banyak, hal yang dilakukan oleh pelayan tersebut bukanlah hal yang buruk, justru hal yang bagus karena bisnis restorannya maju.

Namun.

Dalam konteks organisasi yang lebih luas. Maka pemimpin bisa juga salah. Siapa yang menentukan bahwa pemimpin itu salah? pemimpin yang lebih besar lagi. Contoh dalam restoran tadi, bisa jadi kesalahan adalah kesalahan pemimpin restoran cabang sudirman, karena kesalahan teh manis tadi hanya ada di cabang sudirman. Namun status salah ini juga timbul karena ada mekanisme kompetisi, yang artinya ada penilaian cabang yang berprestasi, dan pemimpin yang lebih tinggi -semisal GM sudah mempertimbangkan dampaknya, negatif bila pemimpin cabang komplen, positif bila kinerja jadi semakin baik.

Artinya, bila dikembalikan pada konteks filosofis tadi, pemimpin tertinggi tidak pernah salah. Dan pemimpin tertinggi tadi bisa beragam. Ada yang berasumsi pemimpin tertinggi adalah rakyat, sehingga rakyat tidak pernah salah. Makanya dalam demokrasi, suara rakyat adalah suara tuhan. Tidak pernah salah.

Menempatkan rakyat sebagai pemimpin tertinggi -atau dengan kata lain memilih demokrasi, artinya menempatkan bahwa pemerintah selalu membuat kesalahan. Apalagi dengan aturan main bahwa siapapun rakyat bisa menjadi pemerintah.

Demokrasi memang mahal.

Namun.

Dalam hal ini bukan berarti monarki lebih baik dari demokrasi -karena ini adalah pembahasan yang berbeda lagi. Design organisasi monarki atau demokrasi tidak mengubah pandangan filosofis dan pandangan organisasi tentang siapa yang melakukan kesalahan.

Ini pandangan yang agak berbeda.

Sama seperti ada restoran yang laris, meski dengan manajemen yang buruk. Simply, karena restoran tersebut makanannya enak. Terlepas dari buruknya manajemen, orang tetap datang ke restoran tersebut. Dan bicara dimensi ekonomi, ini akan lebih rumit, karena berhubungan dengan banyak hal, seperti siapa saja pembelinya, dimana lokasinya, bagaimana selera orang didaerah tersebut.

Ini yang ilmunya sangat sulit.

Kalaupun ini diajarkan dikuliah, tidak lebih supaya orang bisa mengikuti aturan main yang ada di organisasi yang sudah mapan. Bukan untuk menerapkannya atau membangunnya sendiri.

Rumit, tapi kita tidak boleh bingung. Sesuatu yang bisa dipecahkan adalah sesuatu yang sederhana saja. Dan selalu ada yang bisa dipecahkan oleh saintis.

Written by Anjar Priandoyo

Januari 6, 2017 at 7:18 pm

Ditulis dalam Uncategorized

9, Magic Number

leave a comment »

Angka ini kembali menghantui saya. Beberapa hari ini saya coba meningkatkan pace dalam hitungan 30 detik dari 10:00 ke 9:30, kok rasa-rasanya bisa di 9:00 ya. Mungkin kah? kalau lihat rekor terbaik saya di pace 9:02 -namun itu dilakukan di bulan juni dengan suhu 46F/7C. Sekarang ini akan dilakukan dengan suhu 28F/-2C dengan jarak yang lebih jauh. Mungkinkah?

Namun yang saya rasakan adalah semakin cepat berlari hari ini maka, esok hari berlari akan lebih cepat lagi. Aneh kan. Semoga ya. Kalau bisa stabil di bawah 9:00 artinya bisa mencapai marathon dibawah 4 jam.

Kita lihat ya, bulan ini latihan speed agar bisa di 9:00 dan latihan distance agar bisa di 8 miles atau bahkan 9 miles.

Written by Anjar Priandoyo

Januari 5, 2017 at 2:50 pm

Ditulis dalam Uncategorized

Oleh oleh dari kampus

leave a comment »

Di kampus, selalu ada tokoh seperti Frank Geels (b1971), Stephen Muggleton (b1959). Geels yang tumpukannya paper-nya saja belum selesai saya baca. Muggleton yang juga punya CV sangat baik. Disisi lain, ada orang semacam YN Harari, yang punya buku sangat populer (b1976) yang terinfluced oleh Jared Diamond.

Bisakah Geels menjadi Harari? atau sebaliknya bisakah Harari menjadi Geels? buat saya dua-dua orang ini sama. “All scientist is historian” dua-duanya sama-sama sejarawan bereputasi sangat baik. Dua-duanya memotret fenomena manusia dengan sangat baik. Namun masing-masing punya jalan yang berbeda. Geels didunia akademik sementara Harari di dunia populer jurnalistik.

Ini mengingatkan saya, bahwa sekolah hanya alat bantu saja. Sekolah 3-4 tahun tidak pernah ada artinya -atau sangat sedikit dibandingkan kiprah di dunia nyata -entah di akademik atau di industri.

Written by Anjar Priandoyo

Januari 4, 2017 at 2:50 pm

Ditulis dalam Uncategorized

Tahapan

leave a comment »

Kehidupan selalu bisa dipetakan sebagai sebuah tahapan. Sekolah-Kerja-Pensiun-Mati misalnya kalau dilihat dari sisi pekerjaan (survive/eat). Dari sisi keluarga (reproduce) dimensinya adalah Single-Married-Mati.

Dengan rata-rata umur orang Indonesia sebesar 70 tahun Dari dimensi pekerjaan misalnya, bisa dibagi tiga tahapan yaitu 22-33-15 (Sekolah-Kerja-Pensiun), dari keluarga kira-kira 28-28-15 (Single-Bapak-Kakek).

Dari tahapan tersebut, tahapan yang paling susah adalah tahapan yang kedua, yaitu berkeluarga dan bekerja. Jadi wajar kalau banyak orang bilang work life balance merupakan hal yang paling sulit. Oleh karena itu, mari kita lihat lebih detail lagi tahapan paling penting atau golden period dalam hidup kita yaitu dari umur 20an, 30an dan umur 40an.

Saya misalnya, usia saya sekarang 35 tahun. Artinya, sebentar lagi saya akan masuk pada tahap ketiga dalam masa produktif saya. Usia 40 tahun. Usia 40 tahun, kalau di kantor artinya masuk dalam usia yang senior. Orang-orang yang kalau dikantor sudah bisa bekerja dengan baik, sudah bisa memimpin unit sendiri dengan baik.

Harusnya orang yang berusia 40 tahun sudah bisa mengikuti aturan main perusahaan dengan baik. Berbeda dengan mereka yang masih mencoba berekspansi diusianya yang 30an. Sebentar lagi ini berakhir.

Written by Anjar Priandoyo

Januari 4, 2017 at 2:34 pm

Ditulis dalam Uncategorized

Siklus

leave a comment »

Tahun 1994 waktu masih duduk di bangku SMP saya melihat PC untuk pertama kalinya. PC yang saya lihat masih menggunakan OS DOS dengan disket dan grafis yang sangat sederhana. Tidak butuh waktu yang lama buat saya untuk mengubah visi saya untuk bercita-cita menekuni bidang komputer. Selama masa SMP itu, batas antara jago komputer, dengan jago elektronika, dengan jago kalkulator sangat tipis. Semuanya berkategori nerd -orang orang yang tidak jago olahraga, orang-orang yang berbeda.

Menjelang SMA, sekitar tahun 1997 segalanya berubah. Saya baru menyadari bahwa seseorang yang mendalami komputer bisa berarti banyak hal. Bisa jadi datang dari keluarga yang bekerja sebagai staf keuangan. Seorang staf keuangan perlu banyak menggunakan aplikasi Lotus. Seorang yang mendalami komputer bisa juga datang dari keluarga berekonomi mapan yang punya banyak anggaran lebih untuk membeli sebuah komputer.

Setelah enam tahun memupuk cita-cita untuk menguasai komputer. Dengan masih ada keraguan didetik-detik terakhir, akhirnya takdir cita-cita itu tercapai dengan saya diterima di Jurusan Ilmu Komputer. Benarkah hanya komputer yang saya pupuk? tidak juga. Saya memupuk banyak cita-cita lain, seperti masuk Akademi juga sekolah di luar negeri.

Enam tahun bisa jadi merupakan waktu yang lama untuk memupuk cita-cita, tapi juga waktu pendek yang tidak ada artinya bila dibandingkan keputusan yang diambil dan dampak dari keputusan yang dibuat. Dan waktu itu adalah tahun 2000, hari dimana saya bisa diterima di jurusan komputer.

Di kampus komputer, siklus yang sama juga terjadi. Ada banyak pilihan yang bisa diambil, kalau dulu pilihannya antara Pramuka (Pencinta Alam, Filateli) antara Elektro (Komputer, Kalkulator). Maka di kuliah pilihannya juga jelas: antara menjadi Programmer (VB, Delphi), Database (SQL, Mysql) atau menjadi Network (OS, Cisco).

Siklus yang sama selalu terjadi kapanpun dan dimanapun. Kita meng-exercise every possibilities that might happen. Dari hari pertama, kita selalu melihat, menganalisa dan mencoba segala kemungkinan yang ada. Saya pernah terpikir menjadi pengusaha, seniman, penyiar TV (ok, penyiar terlalu jauh, tapi saya ikut seleksinya). Kita juga punya sistem peringkat, mana yang paling baik e.g menjadi pengusaha kaya, mana yang paling mudah dilakukan e.g seleksi perusahaan yang tidak kompetitif (deadlinenya mepet, tempatnya diluar jawa).

Empat tahun dikuliah, sama seperti enam tahun disekolah. Waktu yang panjang untuk menunggu, namun waktu yang pendek untuk dibandingkan dengan keputusan yang dibuat diakhir masa kuliah. Keputusan yang dibuat pada tahun 2004. Bekerja.

Sepuluh tahun bersekolah SMP-SMA-PT prinsipnya sama dengan bekerja. Ada promosi setiap 3-4 tahun sekali. SMP ke SMA adalah promosi, ada yang masuk SMA favorit ada yang tidak. SMA ke PT juga promosi. Namun dari PT ke bekerja bukanlah promosi, tapi sebuah tahapan yang berbeda.

Written by Anjar Priandoyo

Januari 4, 2017 at 1:00 pm

Ditulis dalam Uncategorized