Posts Tagged ‘Payment’
Mobile Banking
Hingga September 2023, mobile banking BRImo milik BRI mencatat jumlah pengguna tertinggi dibandingkan bank pelat merah lainnya, yakni sebanyak 29,8 juta dengan jumlah transaksi 2,18 miliar senilai Rp 2.984 triliun. Kemudian mobile banking Livin by Mandiri tercatat mengalami pertumbuhan jumlah pengguna sebesar 55% menjadi 21 juta dengan jumlah transaksi sebanyak 2,02 miliar senilai Rp 2.400 triliun.
Selanjutnya mobile banking dari BNI yakni BNI Mobile mencatat pertumbuhan pengguna mencapai 20,9% menjadi 15,6 juta dengan jumlah transaksi 738 juta senilai Rp 874 triliun. Sedangkan BTN untuk mobile banking performance hingga tengah tahun 2023 tercatat mengalami pertumbuhan pengguna sebanyak 78% yoy menjadi 593 ribu dengan volume transaksi mencapai Rp 2 triliun.
Terakhir ada mobile banking dari BSI yakni BSI Mobile mengalami pertumbuhan user hingga 32,80% hingga September 2023 atau mencapai 5,90 juta pengguna. Adapun transaksi BSI Mobile pada periode tersebut telah mencapai 266,29 juta senilai Rp 338,22 triliun.
Keyword: Wallet, Digital, Mobile Banking, Super Apps
Treasury Architecture
Beautiful Material
http://teknologibank.com/detailpost/solusi-treasury-di-indonesia
Treasury merupakan ujung tombak terdepan dari sebuah bank devisa. Unit treasury memungkinkan bank untuk melakukan bisnis terkait dengan mata uang asing atau surat-surat berharga. Untuk memfasiltasi fungsi treasury di Bank maka bank tidak adapt mengandalkan sistem yang masih manual.
Sistem otomasi treasury merupakan hal yang sangat penting untuk diimplementasikan di bank. Sebuah sistem solusi treasury harus mampu melakukan pemrosesan STP (Straight Through Processing). Solusi ini juga harus mampu terhubung dengan penyedia informasi dan data treasury terkemuka di dunia seperti Reuters dan Bloomberg.
Berikut adalah beberapa solusi treasury yang digunakan di sistem perbankan Indonesia:
- Misys – OPICS
Misys adalah sebuah perusahaan yang berbasis di London, Inggris. OPICS merupakan salah satu solusi treasury paling tua yang digunakan oleh perbankan di Indonesia. Teknologi ini dibangun sejak 20 tahun lalu untuk melayani transaksi treasury dan fungsi-fungsi back office lainnya. Saat ini OPICS di rebrand dengan nama FusionCapital OPICS. - Misys – K+ / Kondor+
K+ atau Kondor+ semula merupakan solusi yang dimiliki oleh Thomson Reuters dan banyak dipakai oleh bank-bank besar di Indonesia sebagai salah satu teknologi core Treasury. Pada tahun 2012 Misys merger dengan perusahaan Turaz, sebelumnya adalah divisi software Thomson Reuters yang mendukung Kondor. Maka sejak itu Kondor+ di rebrand dengan nama FusionCapital Kondor. - CCK – Guava
CCK adalah sebuah perusahaan yang berbasis di Australia. Solusi treasury CCK yang cukup banyak digunakan di Indonesia adallah Guava. Menurut CCK, Guava memenuhi kebutuhan treasury perbankan karena alasan-alasan ini: Full instrument coverage; In-built straight through processing; Richly featured risk management functionality for limits, control, and monitoring; Cash management tools; Live market data; Real-time analytics; What-if scenarios. - Murex – MX3
Murex adalah sebuah perusahaan yang berbasis di Perancis. Murex MX3 merupakan solusi treasury premium high end dari depan sampai belakang (front to back trading application) yang digunakan untuk melakukan transaksi perdagangan aset seperti Valuta Asing, Money Market, derivatif atau komiditi lainnya. - Calypso – Calypso
Calypso adalah sebuah perusahaan yang berbasis di San Fransisco, Amerika Serikat. Solusi treasury Calypso secara keseluruhan ditulis dalam bahasa Java. Solusi Calypso Investment Management menyatukan manajemen portofolio, risk dan collateral ke dalam satu solusi terintegrasi. - SunGard Ambit Treasury Management (Quantum)
Solusi Sungard Ambit Treasury Management (Quantum) merupakan solusi yang dirancang untuk mendukung seluruh kebutuhan proses treasury dengan mengintrasikan trading, posistion management dan risk assessment dari sejumlah asset class ke dalam satu system.
Fitur dari SunGard Ambit Treasury Management:
- Enhances productivity by automating transaction flows with a central hub architecture, increasing the level of automation and lowering the cost per transaction through a single solution
- Delivers flexibility across asset classes with extensive instrument coverage, including foreign exchange, money markets, capital Markets, interest rates, equity, commodity and structured derivatives
- Improves risk management with a complete and accurate view of risk exposure, including credit, market and operational exposure
BPD Jabar saat ini menggunakan aplikasi OPICS dari Misys Who Sale Banking System untuk memadukan seluruh sistem perbankan yang mereka miliki, tujuan dari implementasi OPICS adalah untuk mengoptimalkan proses dari sejumlah produk yang terdapat di BPD Jabar. Selain itu implementasi OPICS merupakan bagian dari strategi untuk mengikuti aturan perbankan yang berlaku sekaligus mengotomisasikan seluruh operasional BPD Jabar. Untuk membantu operasional BPD Jabar dengan cara sentralisasi seluruh sistem dan operasinya, maka sistim yang terdapat di BPD Jabar dan dapat disentralisasikan melalui OPICS, sistem itu antara lain adalah RMDS, REUTER, Bloomberg, LHBU, dan berbagai payment sistem yaitu RTGS, SSSS, dan SWIFT.
Namun pada kenyataannya, implementasi Misys OPICS pada BPD Jabar belum optimal dan masih mengalami berbagai kendala, diantaranya belum terintegrasi antara OSYS (salah satu modul Misys OPICS yang difusngsikan untuk donload data) dengan REUTERS, Bloomberg, RTGS, SSSS, SWIFT, dan LHBU, dan masih terdapat error pada proses integrasi dengan RMDS.
Untuk sistem yang belum terintegrasi, proses input data masih dilakukan secara manual berdasarkan print output yang diterima dari modul OSYS. Output ini berupa slip transaksi yang dicetak disebuah kertas yang kemudian dijadikan sebagai acuan untuk entry data transaksi ke RTGS, SSSS, SWIFT, maupun LHBU. Karena proses manual inilah berbagai kelemaan tidak dapat dihindari, baik dari sisi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan suatu proses input maupun kesalahan ketika melakukan input data, sehingga unmatch transaction, kesalahan input, dan waktu yang relatif lama menjadi kendala yang dirasakan oleh BPD Jabar saat ini.
Untuk mengoptimalkan proses yang terjadi di BPD Jabar saat ini, maka diperlukan sebuah interface yang mampu menggabungkan seluruh proses yang berjalan, mulai dari download data OSYS, pemilahan transaksi, hingga proses automatic input ke sistem lain.
Penjelasan mengenai alur kondisi dapat dijabarkan sebagai berikut :
- RDMS, REUTER, maupun Bloomberg mengirimkan transaksi ke OPICS server berupa data elekronik yang selanjutnya data tersebut akan diproses oleh OPICS.
- OPICS melakukan upload data ke CORE BANKING SYSTEM sesuai dengan transaksi yang diterima.
- Data transaksi yang terdapat di OPICS kemudian di-download oleh modul OSYS
- OSYS kemudian memilah sesuai dengan jenis transaksinya (RTGS, SSSS, Swift, atau LHBU) dan kemudian mencetak menjadi sebuah slip dokumen.
- Operator sistem lain (RTGS, SSSS, Swift, atau LHBU) kemudian menerima slip tersebut sesuai dengan sistem yang dioperasikannya.
- Operator melakukan input manual kedalam sistem.
KENDALA OPERASIONAL
Berdasarkan deskripsi dari alur operasional transaksi dan kondisi yang ada saat ini, terlihat masih terdapat adanya beberapa kendala diantaranya sebagai :
- Integrasi sistem antara OPICS dengan sistem lain (REUTER, Bloomberg ,RTGS, SSSS, Swift, LHBU) tidak berjalan dengan baik, dan masih ditemukannya error di integrasi antara OPICS dengan RMDS.
- Output yang dikeluarkan oleh modul OSYS berupa slip dokumen yang kemudian dijadikan sebagai acuan input data ke sistem lain sehingga mengakibatkan kurangnya integritas data antar sistem.
- Sering terjadi kesalahan input transaksi ketika proses input manual berlangsung.
- Tingkat keamanan yang rendah karena manipulasi data masih mungkin dilakukan ketika data dikirim atau diterima dalam bentuk slip.
- Kebutuhan waktu yang relatif lebih lama karena input transaksi yang dilakukan secara manual.
USULAN SOLUSI TEKNIS
Dalam memenuhi kebutuhan BPD Jabar dalam kegiatan operasional sehari-hari adalah dengan mengimplementasikan aplikasi yang dikembangkan oleh Praweda untuk solusi Interface OPICS yang meliputi Interface scheduler dan Interface OPICS itu sendiri yang melakukan koneksi ke database OPICS. Dan solusi kami tersebut akan diasumsikan terhadap parameter-parameter yang disesuaikan dengan parameter yang didapat berdasarkan pada analisa kebutuhan (requirement analysis) dalam proyek pengembangan Aplikasi Interface OPICS ini.
Manfaat yang diperoleh dengan solusi Interface OPICS, antara lain :
- Seluruh data atau transaksi yang masuk ke sistem OPICS, dan yang keluar dari sistem OPICS ke sistem lain dapat dilakukan secara otomatis oleh interface OPICS.
- Otorisasi user hanya perlu dilakukan di OPICS.
- Semua transaksi yang keluar dari OPICS merupakan transaksi final.- Setiap transaksi yang sudah final di OPICS secara otomatis akan terkirim ke sistem lain.
- Interface OPICS memiliki setup user untuk masing-masing job desk dan autorisasi user terhadap sistem.
- interface OPICS dikembangkan dengan menerapkan suatu SOP yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan operasional.
ATM Monitoring Architecture
Source: http://teknologibank.com/detailpost/solusi-atm-monitoring-di-indonesia
Dengan begitu banyaknya jumlah ATM pada satu bank maka dibutuhkan sebuah tools untuk melakukan pengawasan dan monitoring sehingga ATM bisa dimanage dengan baik.
Untuk kemudahan diskusi ini sebenarnya setiap solusi ATM switching sudah dilengkapi dengan fungsi-fungsi dasar melakukan pengawasan/monitoring ATM, maka dalam artikel ini akan disebutkan solusi mana yang bundle mana yang dapat berdiri sendiri (stand alone)
Solusi ATM Monitoring juga diperluas dengan fungsi-fungsi lainnya sehingga ATM juga berinteraksi dengan perintah yang diberikan atau kebuutuhan dari Bank yang bersangkutan – oleh sebab itu maka fungsi ini juga dikenal dengan nama ATM Management.
Fungsi-fungsi umum yang dimiliki oleh solusi ATM Monitoring atau ATM Management adalah:
- Electronic Journal Centralization
Fungsi dimana solusi mampu melakukan penarikan EJ secara terpusat. - Remote Key Downloading
Fungsi dimana solusi mampu mentriger perubahan Terminal Master Key di ATM Tanpa perlu hadir onsite di tempat tersebut. Hal ini dbutuhkan sebagai persyaratan terhadap regulator seperti Visa/MasterCard atau Bank Indonesia - Software Distribution
Fungsi dimana solusi mampu men-deliver update software ke ATM secara remote tanpa perlu datang onsite ke ATM - ATM monitoring
Fungsi yang meliputi cash monitoring dan Monitoring Status ATM Beberapa solusi yang umum digunakan untuk melakukan ATM Monitoring / ATM Management di Indonesia adalah: - Wincor Nixdorf Proview
Solusi dari perusahaan Wincor Nixdorf (atau yang sekarang disebut dengan Diebold Nixdorf) untuk ATM Management merupakan solusi yang dapat berdiri sendiri dan tidak perlu mesti beli dengan switch (catatan: Wincor Nixdorf mempunyai ATM Sitching sendiri yang bernama PCE). Solusi ini juga menandakan bahwa Wincor Nixdorf sebagai salah satu penyedia solusi di Indonesia mempunyai solusi yang lengkap untuk mendukung teknologi yang dibutuhkan oleh bank. - NCR Electronic Journal Management
Solusi ini merupakan solusi dari vendor ATM terkemuka di Indonesia: NCR. Solusi ini dapat berdiri sendiri dan tidak mesti terintegrasi dengan ATM Switching. Solusi NCR disebut dengan NCR Aptra - FIS IST/Switch Monitoring System
FIS mempunyai switch ATM yang bernama IST/Switch. Fungsi ATM Management merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari switch ini. ATM Management FIS merupakan modul yang digunakan untuk pengawasan ATM dan tidak perlu menanamkan agent ke dalam ATM. - SDMS
SDMS merupakan singkatan dari Software Distribution and Management System. Solusi ini berasal dari Malaysia dan fungsi utamanya adalah melakukan monitoring ATM. Solusi ini merupakan solusi yang berdiri sendiri. SDMS Merupakan solusi yang berbasiskan agent, dimana agent SDMS perlu diinstal di ATM yang akan menjadi target pengawasan. Solusi SDMS terdiri dari 3 komponen: SDManager, SDClient dan SDAgent.
Remittance and Banking Services (Payment)
Remittance and Banking Services
- Bank remittance and bank transfers are two ways of transferring money between accounts.
- Bank transfers can happen locally as well as internationally.
- EFT is a technology used to transfer money via the internet.
- Providers charge convenience fees when an EFT takes place.
- Timing, volume, and cost are factors to consider while choosing between bank remittance and bank transfers.
What is Bank Remittance?
The term ‘remittance’ is derived from ‘remit’, meaning ‘to send back’. A bank remittance refers to the funds sent or transferred to another entity or account as payment for services or a product. Remittances can also be personal money transfers made to family and friends overseas and any sort of business payments.
Bank remittance is a type of transaction involving two separate account holders. Such individuals should be residing in two different countries. For instance, if a migrant or foreign worker sends money back home, the fund transfer is a remittance. India has been the largest recipient of remittances from 2008 until 2020.
What is a Bank Transfer?
Bank transfer is defined as a transaction between accounts (in most cases, two accounts of the same individual). Sometimes called a wire transfer, this facility instructs the bank to send money from one bank account/savings account to another via online banking. This can happen either locally or internationally. A local bank transfer is a payment method on a cross-border medium wherein the money is deposited into a foreign bank account.
Local bank transfers are an intermediary organisation that runs between the payer (source of origin) and the payee (the recipient of the transfer). Much like a credit union, these local bank transfers perform the task of a clearing mechanism. They protect and settle the transfer of funds.
brifast, wise, brchk
Peraturan Bank Indonesia Nomor 23/6/PBI/2021 tentang Penyedia Jasa Pembayaran
Enterprise Architecture – Payment System Architecture
Enterprise architecture (EA) of Payment System Architecture based on Chriss Skinner (2008). Interesting, how it visualize, this can be used as reference. To some degree can be used also for Banking -refer to manufacture blocks.
Payment System Maturity Model
The importance of Payment Maturity Model
The development of Payment System Maturity Model (PSMM) is based on the Maturity Model that commonly found in Software Development Process. Framework such as Capability Maturity Model (CMM), originally developed in 1987 by Software Engineering Institute (SEI). Currently Framework such as Payment Maturity Model (PMM) from Aite Group and ACI Worldwide developed to help payment system to identifying current need, situation and their future model. PMM defines five stages of payments maturity: bank reliability, scalability, efficiency, responsiveness, and agility ref. Other framework that can be used is Open Group Service Integration Maturity Model (OSIMM).
Thesis: Design of a maturity model for payment process ref
A maturity model for blockchain adoption ref
Choosing the right business process maturity model
Van Looy A. , De Backer, Poels, & Snoeck (2013)
Payment System Evolution
Payment system has evolved since very long time ago along with the banking and money technology innovation. It is important to understand how and why the evolution happened to understand how the future banking direction will be. The first credit card technology can be argued dated back in 1914 when Western Union introduced “Metal Money” in 1914 ref. While another opinion might define that it started in 1950s when the first Diners Club card were issued.
Generally, from the long term perspective, the evolution of payment system can be divided into three phases which are Invention, Innovation and Diffusion. The first phases is Invention phase in 1960-70s, where the use of electronic banking begin with the innovation credit card. Money is no longer store physically but stored digital. At this stage the customer is passive, banking is actively provide technology. The second phase is Innovation in 1980-90s, where the electronic banking begin massively adopted. At this stage both customer and banking is actively interacted. The third phases is Diffussion in 2000-2020s, where customer plays more active roles, where consolidation between technology occured.
1960-1970: Credit Card (Debt)
Business Model:
1st Busines Model Battle: Against the Bank
Third Party Dinners vs Four Party VISA, Mastercard, Amex.
Results: VISA Survive, Bank embrace VISA, unlike Dinners who defeated
1980-1990: Cash Battle: Debit Card (ATM), Money Transfer (EFT)
Credit Card vs Debit Card.
Result: VISA Survive, all Debit Card using VISA as switching
Credit Card vs EFT: VISA Survive
Credit Card vs Merchant (Wallmart)
Result: VISA Survive, Honors all card
Overall Result: Basicaly the same results with the previous battle, all stakeholders embrace
2000: Online Battle: Online EFT: Paypal, Internet Payment
Paypal vs Google Checkout, VISA Checkout, Checkout by Amazon (CBA)
Results: Paypal win
Compliance: PBI9/15/2007
Phase 1: Paypal accomodating merchant that could not accept credit card due to small size. Source of revenue: interest of floating fund. Market place facilitator.
Phase 2: Paypal provide business services (seller protection)
Phase 3: Paypal off ebay
2010s: Mobile Battle: Cash/Merchant Battle
Reliance with Device: Apple
Reliance with OS: Google Pay
Reliance with Marketplace: Amazon Pay, Gopay, Starbucks Pay
Reliance with Business Model: VISA EMV SRC
2020s: Open banking
Compliance issues: SEPA, GPDR, BSPI
Timeline of payment system
1960-1970: Credit Card (Debt)
1st Busines Model Battle: Against the Bank
Third Party Dinners vs Four Party VISA, Mastercard, Amex.
Results: VISA Survive, Bank embrace VISA, unlike Dinners who defeated
1980-1990: Cash Battle: Debit Card (ATM), Money Transfer (EFT)
Credit Card vs Debit Card.
Result: VISA Survive, all Debit Card using VISA as switching
Credit Card vs EFT: VISA Survive
Credit Card vs Merchant (Wallmart)
Result: VISA Survive, Honors all card
Overall Result: Basicaly the same results with the previous battle, all stakeholders embrace
2000: Online Battle: Online EFT: Paypal, Internet Payment
Paypal vs Google Checkout, VISA Checkout, Checkout by Amazon (CBA)
Results: Paypal win
Phase 1: Paypal accomodating merchant that could not accept credit card due to small size. Source of revenue: interest of floating fund. Market place facilitator.
Phase 2: Paypal provide business services (seller protection)
Phase 3: Paypal off ebay
2010s: Mobile Battle: Cash/Merchant Battle
Reliance with Device: Apple
Reliance with OS: Google Pay
Reliance with Marketplace: Amazon Pay, Gopay, Starbucks Pay
Reliance with Business Model: VISA EMV SRC
Common knowledge said that money invented to replace barter (exchange of good), in short money accelerate trade. However, there is a new “theory” that money invented to accomodate debt.
Three theory on the banking systems,
- Financial intermediation theory of banking (traditional)
- Credit creation theory of banking (debt theory/money creation)
- Fractional reserve theory of banking (central/reserve bank)
Payment Media Evolution – A case for technology failure
Payment Media Evolution – A case for technology failure
1996 Magnetic Stripe, IBM
1994 Chip Card EMV / Smart Card, Europay, Mastercard, VISA
1997 Contactless Smart Card (RFID) Stoared Value / Prepaid Card: Octopus RFID
2000 Dual Interface Card
2004 Near Field Communication: Nokia, Philips, Sony
2011 QR Payments Alipay, Wechat Pay
The multifactors NFC Failure:
- Security, QR adopting both Customer Presented Mode (CPM) dan Merchant Presented Mode (MPM)
- Business Model, Merchant view as “Honor all cards” or “Accept all card”
ISO Payment Messaging Standards:
1984 ISO 7775
1987 ISO 8583 (ATM, Bit Map Format)
1990 ISO 9992-1
1995 ISO 15022 (SWIFT, Edifact)
2004 ISO 20022 (UML/SML, Open Standard, Rich Data, Network Agnostic)
Now adopting ISO 20022 Financial Exchange (FIX) Protocol Limited, International Swaps and Derivaties Association (ISDA), International Securities Association for Institutional Trade Communication (ISITC), Omgeo, SWIFT and VISA
SEPA payment? SEPA credit transfer is a credit transfer in compliance with the European credit transfer standard that can be used for making any type of euro payments within the SEPA. A SEPA credit transfer always includes the bank accounts of the payer and payee in the international IBAN format.
The Single Euro Payments Area (SEPA) is a payment-integration initiative of the European Union for simplification of bank transfers denominated in euro. As of 2020, there were 36 members in SEPA
TARGET2 (Trans-European Automated Real-time Gross Settlement Express Transfer System) is the real-time gross settlement (RTGS) system for the Eurozone, and is available to non-Eurozone countries. It was developed by and is owned by the Eurosystem. TARGET2 is based on an integrated central technical infrastructure, called the Single Shared Platform (SSP). SSP is operated by three providing central banks: France (Banque de France), Germany (Deutsche Bundesbank) and Italy (Banca d’Italia). TARGET2 started to replace TARGET in November 2007
EDIFACT stands for Electronic Data Interchange For Administration, Commerce and Transport. EDIFACT is accepted as the international EDI standard that has been adopted by organisations wishing to trade in a global context. A standard set of syntax rules have been ratified by the United Nations.