Anjar Priandoyo

Catatan Setiap Hari

Worry free life trip

leave a comment »

Hari pertama, sepanjang perjalanan kemarin saya menghabiskan waktu hampir 3 jam untuk doomscrolling instagram. Tidak terasa, perjalanan terasa sangat singkat dan mungkin 3 jam adalah maksimum yang bisa saya lakukan untuk doomscrolling. Senang rasanya bisa merasakan sendiri bahwa waktu 3 jam ini seringkali juga diacu di kajian media maupun di social media.

Hari kedua, besoknya saya mulai menyadari bahwa doomscrolling itu tidak sustain, sehingga paginya saya habiskan 3 jam untuk menulis dengan internet, sebenarnya juga bisa dibilang doombrowsing, karena saya menulis banyak hal random yang berdasarkan keyakinan saya bahwa “knowledge is money”. Capek, akhirnya saya mulai membatasi. Kemudian, 3 jam berikutnya saya habiskan dengan menonton youtube. Yang tidak berfungsi dengan baik itu 9GAG, dan film entah mengapa karena sangat sulit mencarinya, dan mood killer terutama, akhirnya tidak jadi menonton.

Sorenya segera saya menyadari bahwa timing sangat penting, active life sangat penting. Untungnya siang itu sempat pergi menjemput dan sorenya segera saya gunakan untuk berkeliling menggunakan sepeda motor. Trip selalu berhasil menjadi obat, physical activity selalu menjadi penyembuh, penstabil melawan idle physical activity yang kecenderungannya idle physical activity ini menuju active mental activity. Hidup ini pada dasarnya mengendalikan 86,400 pikiran saja.

Sekilas, beberapa hal yang ternyata menjadi prioritas, yang sebelumnya tidak terpikirkan adalah tentang baju koko -termasuk perlengkapan sholat, yang seringkali tidak terbawa pada saat menempuh perjalanan. Karena ritual paling efektif (menyenangkan, sustain) adalah religious ritual. Terbangun mendengar, atau mengharap mendengar adzan subuh, pergi menembus udara yang lebih sejuk dikota yang sangat terik merupakan kegiatan relaksasi -low intensity physical activity yang sangat baik.

Buat saya, bahwa pulang ini memastikan bahwa saya punya rumah, jika terjadi sesuatu dan lain hal -sama seperti halnya backup dalam pekerjaan dimana miracle itu saya sudah jauh-jauh menyadari bahwa ada orang-orang tertentu yang berpotensi membantu saya. Bahwa 86,400 skenario itu bisa dipastikan sangat banyak alternatif skenario yang bisa diambil sehingga tidak perlu khawatir menghadapi hidup ini.

Sekarang, yang perlu dilakukan sesederhana memaksimalkan physical activity saja, mulai dari low intensity -ke masjid, jalan-jalan didepan rumah, medium intensity -ke mall, ke tempat wisata, mengetik, melakukan pekerjaan ringan yang doable, hingga high intensity -lari, pekerjaan fisik berat seperti chores. Mengingatkan saya akan duduk diam di pagi hari didepan pantai hotel di Bali, untuk kemudian sorenya berjalan-jalan untuk mensyukuri bahwa tidak perlu untuk selalu leyeh-leyeh doomscrolling didalam kamar hotel.

Reminder bahwa physical activity = active life; sementara low physical activity = positive mental activity dan zero physical activity = negative mental activity. high intensity physical activity adalah yang terbaik, tapi ada limitasi disini, lari paling hanya bisa sekitar 2 jam maksimal dibatasi dengan biology. Mental activity dibatasi dengan economics dan sociology. Idealnya kita itu hidup aktif, punya active life: bergerak (lari), bekerja (economy), dan beristirahat. Tapi jika kondisi memaksa kita untuk inactive maka jalani dengan baik.

Minggu pagi, 465 kata 30 menit, selesai 04:12 pas hujan baru mulai

Written by Anjar Priandoyo

April 21, 2024 pada 4:13 am

Ditulis dalam Life

Tagged with , , ,

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.