Anjar Priandoyo

Catatan Setiap Hari

Memberi

with 6 comments

Mungkin berlebihan, tapi kalau pulang, hal yang paling membanggakan adalah: bisa memberi sejumlah uang pada saudara atau kerabat. Tradisi memberi ini semakin dikuatkan bila harus pulang saat lebaran. Dahulu sebelum bekerja, bapak selalu memberi sejumlah uang pada nenek dan keluarga dirumah. Sekarang setelah bekerja, tugas memberi ‘sangu’ ini diserahkan pada anak-anaknya.

Nominal uang ini memang tidak besar, mulai dari 20 ribu hingga bilangan tertentu tergantung kebutuhan. Kebanyakan ‘customer’ saya adalah orang-orang tua, sedangkan kebanyakan customer Dinda adalah keponakannya yang kecil-kecil. Kalau customernya lebih mampu, biasanya yang diberi adalah berwujud benda, pakaian atau sekedar aksesoris.

Buat saya yang paling membanggakan adalah memberi pada orang-orang yang jauh lebih tua dari saya. Contoh, nenek ataupun bibi, orang-orang ini dulunya sering memberi uang setiap ada keluarga yang berkunjung kerumahnya. Sekarang karena mereka sudah tua -dan memang sudah tidak mampu- maka tugas gantian memberi uang ini menjadi sangat berkesan.

Sebenarnya tidak ada budget khusus yang dialokasikan untuk urusan beri memberi ini, tapi biasanya dana ini diambil dari THR, dan biasanya pula setiap tahun dana ini habis untuk urusan seperti ini. Biasalah manajemen keuangan dadakan, segalanya dihabiskan dengan prinsip:
“Udahlah lebaran kan setahun sekali, kapan lagi sih bisa ngasih” atau pun
“Masih untung, sekarang bisa ketemu si mbah”

Sedekah, memberi atau apapun bentuknya, memang tidak bisa digunakan ukuran secara matematis berapa seharusnya besarannya. Lembar uang yang keluar dari dompet kita bisa jadi merupakan keputusan yang sangat emosional. 100 ribu yang dikeluarkan saat kondisi berlebih bisa jadi tidak berkesan dibandingkan 20 ribu saat kepepet. Belum lagi kalau bicara ‘ikhlas’ atau tidaknya, yang ukurannya lebih abstrak lagi.

Konon, rezeki yang berkah, apapun bentuknya adalah yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Dan berapapun besarnya, kegiatan seperti ini memerlukan latihan dan pembiasaan.

Written by Anjar Priandoyo

Agustus 10, 2007 pada 2:39 am

Ditulis dalam Business

6 Tanggapan

Subscribe to comments with RSS.

  1. Kata Yusuf Mansur, kalo kita bersedekah sejumlah X, insya Allah akan dikembalikan 10X ;)

    Amir Karimuddin

    Agustus 10, 2007 at 3:09 am

  2. Setuju. banget sama prinsipnya Pak Ustad Yusuf.
    Lagian kan diantara rizky kita itu ada yang milik anak yatim, kaum 2fa dan orang miskin hihi.. bukan artinya sedekah sama keluarga dianggap keluarganya miskin ya..
    Keluarga besarku hampir semuanya mentradisikan sprt keluarga anjar..
    Herannya, keluarga suamiku tidak.. jadi agak bingung juga mula2..untungnya lama2 bisa ngerti dan malah ikutan.. .

    Icho

    Agustus 10, 2007 at 10:16 am

  3. setuju sekali bahwa memberi dengan perolehan yang halal adalah baik sekali. Tapi, ada juga yang menyebut bahwa korupsi yang merata di birokrasi atas sampai bawah di negeri kita juga terjadi karena kultur ‘priyayi’ dimana banyak yang merasa ‘wajib’ mengayomi keluarga (jauh atau dekat), merasa tidak enak kalau tidak mampu memberi dan akhirnya terjadilah korupsi mulai skala kecil hingga besar.

    philips vermonte

    Agustus 11, 2007 at 1:05 am

  4. di jepang juga lho, oom …:P

    papabonbon

    Agustus 11, 2007 at 1:39 am

  5. Ehm….Lebaran yang sangat berkesan. ^_^

    Lebaran taon lalu (2006) kebetulan saya sudah bekerja sktr 3-4bln jadi taon kemaren uda berhak dpt THR proporsional (4bulan/12bulan x Gaji sebulan).

    Uda bisa ngerasain nikmatnya memberi uang kepada kakek,nenek saya dan keluarga lain yang kurang mampu. Ternyta mereka senang sekali diberi uang oleh cucunya yang barusan lulus kuliah. Rasanya ngga bisa diungkapkan dengan kata-kata. Lega dan bahagia banget.

    Tidak lupa adik-adik kandung juga kebagian rezeki THR.

    InsyaAllah Lebaran taon ini dengan jatah THR uda penuh, saya bisa memberi sedikit kebahagiaan lagi pada kakek,nenek,adik-adik kandung dan keluarga laen yang ngga mampu.

    Amien. ^_^

    DoDit

    Agustus 11, 2007 at 2:47 am

  6. kalau menurut saya memberi yang iklhas sebaiknya tangan kanan kasih tangan kiri tidak tau, kalau kita ngasih buat pamer sudah impas dong…dapat pamornya, gak ada balasan 10x nya lagi…

    mad cat

    Maret 29, 2009 at 7:14 pm


Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.